Senin, 13 April 2015

sejarah genetika

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Genetika

Sejarah perkembangan genetika sebagai ilmu pengetahuan dimulai ketika seorang bernama Gregor Johann Mendel berhasil melakukan percobaan persilangannya pada tanaman kacang ercis (Pisum satifum). Mendel mengamati pola pewarisan sifat demi sifat sehingga menjadi lebih mudah untuk diikuti. Deduksinya mengenai pola pewarisan sifat ini kemudian menjadi landasan utama bagi perkembangan.[1]
genetika sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan, dan Mendel pun di akui sebagai bapak genetika. Baru pada tahun 1900 tiga orang ahli botani secara terpisah, yaitu Hugo de Vries di belanda, Carl Correns di jerman dan Eric von Tschermak-Seysenegg di Austria, melihat bukti kebenaran prinsip-prinsip Mendel pada penelitian mereka masing-masing. Semenjak saat itu percobaan persilangan atas dasar prinsip-prinsip Mendel sangat mendominasi penelitian di bidang genetika. Hal ini menandai berlangsungnya suatu era yang dinamakan genetika klasik. Dengan ditemukannya model struktur molekul DNA pada tahun1953 oleh J.D.Watson dan F.H.C. Crick dimulailah era genetika yang baru, yaitu genetika molekuler. Teknologi manipulasi molekul DNA atau teknologi DNA rekombinan atau dengan istilah disebut rekayasa genetika. Saat ini sudah menjadi berita biasa apabila organisme-organisme seperti domba, babi dan kera, didapatkan melalui teknik rekayasa genetika yang disebut kloning . [2]
2.2 Hukum Genetika
Hukum I Mendel adalah mengenai pemisahan alel pada waktu pembentukan gamet, dimana pada saat itu terjadi pemisahan alel-alel secara bebas, dari diploid menjadi haploid. Aplikasi dari Hukum I Mendel adalah persilangan monohibrid. Persilangan monohibrid adalah perkawinan yang menghasilkan pewarisan suatu karakter dengan dua sifat beda.[3]

Hukum II Mendel yaitu tentang ketentuan penggabungan bebas yang harus menyertai terbentuknya gamet pada perkawinan dihibrid. Persilangan dihibrid adalah perkawinan yang menghasilkan pewarisan dua karakter yang menghasilkan dua karakter berbeda.[4]

2.3 Subtansi Genetika

A. Kromosom dan Bagiannya
Tahun 1848, Hofmeister telah melihat adanya komponen dalam sel tumbuh-tumbuhan dan baru pada tahun 1888 waldeyer memberinya nama “kromosom”. Kromosom dikenal sebagai komponen dalam inti sel yang mempunyai susunan, bentuk dan fungsi khusus serta mempunyai kemampuan untuk mengadakan replikasi sehingga pembelahan sel dapat berlangsung dengan baik.[5]Bila kromosom diamati lebih teliti maka akan dijumpai bagian-bagiannya yang meliputi :
046.JPG
1.       Kromatid  yaitu suatu duplikat dari kromosom.
2.       Kromatin yaitu suatu gulungan benang yang mengikat DNA-protein
3.       Sentromer yaitu merupakan bagian kromosom yang terletak pada daerah tengah yang mengubungkan dua kromatid.
4.       Telomer yaitu merupakan urutan DNA khusus yang dapat ditemukan pada bagian ujung kromosom.[6]
Kromosom memiliki bentuk yang berbeda-beda. Berdasarkan panjang lengan yang dimilikinya kromosom  dibedakan menjadi  metasentrik, submetasentrik, akrosentrik, dan  telosentrik.
  1. Telosentrik : letak sentromernya di ujung kromosom.
  2. Akrosentrik : letak sentromernya di dekat ujung
  3. Sub metasentrik : letak sentromernya di dekat pertengahan.
  4. Metasentrik : letak sentromernya di tengah-tengah. [7]
Jumlah kromosom pada berbagai makhluk hidup pada dasarnya tidak sama, tergantung dari spesiesnya, tetapi satu hal yang pasti bahwa jumlah kromosom dalam setiap selnya selalu tetap. Perubahan jumlah kromosom pada makhluk hidup akan menyebabkan berbagai macam kelainan dalam pertumbuhannya maupun dalam perkembangannya. Jumlah kromosom pada berbagai makhluk hidup sangat bervariasi dari dua sampai ratusan dalam tiap inti selnya. Pada manusia yang jumlah kromosomnya 46 atau 23 pasang terdiri atas 22 pasang autosom dan sepasang seks kromosom.
Kelainan jumlah kromosom pada manusia akan menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan dan perkembangannya sehingga secara anatomis akan di jumpai kelainan tertentu yang biasanya di sertai dengan kelainan fungsional. Beberapa kelainan di bawah ini merupakan kelainan yang di sebabkan jumlah kromosom yang tidaknormal yaitu :
1.       Kelebihan jumlah autosom dimana jumlah salah satu autosom tidak sepasang tetapi adatigabuah / trisomi
Jenis penyakit yang termaksud trisomi ini ialah:
a.       Sindoma down dimana kromosom 21 jumlahnya 3 buah .
b.       Sindoma Edward dimana kromosom nomer 17 atau 18 jumlahnya 3 buah
c.        Sindroma patau kromosom nomer 13 atau 14 jumlahnya 3 buah
2.                   Kelamin jumlah seks kromosom misalnya pada penyakit:
a.       Sindroma Kleinefelter di jumpai pada pria dengan  seks kromatin positif karena adanya kromosom X yang dobel.
b.       Sindroma Turner di jumpai pada wanita dengan seks kromatin negatif karena tidak ada nya kromosom negative X. [8]

B. Gen
Gen merupakan satu seri triplet basa nitrogen yang terdapat pada pita DNA. Seri triplet ini akan mengode satu rantai polipeptida yang kemudian akan menjadi bagian dari satu enzim atau protein lainnya. Gen tersebut dapat mengatur seluruh proses metabolisme dan menetukan berbagai ciri atau sifat (seperti warna mata, bentuk hidup, dan tipe rambut).[9]
Gen terletak di dalam kromosom pada lokasi khusus yang disebut lokus. Gen mempunyai bentuk altenatif atau bentuk lain yang dikenal dengan istilah alel. Gen dan alel dilambangkan dengan huruf latin besar dan kecil. Jadi, gen juga mempunyai pasangan, seperti halnya kromosom.
C. DNA
DNA merupakan materi genetika yang terdapat pada semua sel makhluk hidup dan membawa informasi yang diperlukan untuk sintesis protein dan replikasi. DNA  yang terdapat dalam kromosom berbentuk sebagai dua untaian gugus nukleotid yang saling melilit membentuk heliks.
a.       Struktuk DNA
Satu molekul DNA terdiri atas dua pita atau berpita ganda. Masing-masing pita DNA dihubungkan oleh nukleotida sehingga membentuk struktur rantai ganda yang tersusun seperti tangga berpilin yang disebut double helix. DNA double helix setiap nukleotida terdiri atas tiga unit, yaitu satu molekul gula pentose, satu deoksiribosa, satu gugus fosfat dan satu dari empat jenis basa nitrogen kelompok purin yaitu adenine(A) dan guanin (G), kelompok pirimidin yaitu timin (T) dan sitosin (S).[10]
Picture5.jpg
b.       Replikasi DNA
Replikasi DNA diawali dengan terbukanya dua rantai polinukleotida yang masing-masing berfungsi sebagai cetakan. Protein yang memulai replikasi DNA mengenali urutan dan menepel pada DNA, memisahkan kedua untaian dan membuka sebuah gelembung replikasi.  Replikasi DNA kemudian berjalan kedua arah sampai seluruh molekul tersebut tersalin. Gelembung replikasi tersebut berbentuk dan menyatu, sehingga mempercepat pennyalinan molekul DNA yang sangat panjang dimana untai-untai DNA baru memulai memanjang.[11]
c.        Sintesis Protein
a)       Transkripsi
DNA sebagai sumber informasi yang terdapat dalam inti, tidak mungkin secara langsung digunakan dalam sitoplasma untuk sintesis protein, maka DNA sebagai sandi perlu disalin atau dikopi dalam sandi lain yaitu sebagai molekul pesan RNA. Peristiwa penyalinan molekul DNA menjadi mRNA dinamakan transkripsi. Transkripsi DNA dilakukan untuk setiap satuan 3 nukleotid (kodon); tetapi karena mRNA tidak memiliki basa thimin, melainkan gugus uracil (U), maka urutan basa pada mRNA akan sedikit berbeda. [12]
Cara transkripsi mRNA dengan menggunakan molekul DNA sebagai pola yang melakukan enzim polymerase sebagai berikut :
a.       Basa T pada DNA ditranskripsi menjadi basa A pada mRNA.
b.       Basa A pada DNA ditranskripsi menjadi basa U pada mRNA.
c.        Basa C pada DNA ditranskripsi menjadi basa G pada mRNA.
d.       Basa G pada DNA ditranskripsi menjadi basa C pada mRNA.
Hasil transkripsi dalam bentuk mRNA ditransportasikan ke sitoplasma melalui lubang-lubang selubung inti. Selanjutnya mRNA akan diterjemahkan untuk satuan jenis asam amino kemudian melakukan proses translasi menjadi polipeptida.[13]
b)       Translasi
Translasi merupakan tahap kedua sintesis protein. Pada tahap ini terjadi penerjemahan urutan kodon pada RNAd menjadi urutan asam amino pada ribosom. Penerjemahan satu kodon menghasilkan satu asam amino. Ada tiga tahapan proses translasi yaitu:
1.       Inisiasi, merupakan proses menempelnya dan penyatuan mRNA, tRNA inisiator, dan subunit ribosom kecil diikuti oleh pelekatan subunit besar, untuk menyempurnakan kompleks inisiasi translasi.
2.       Elongasi, merupakan proses mengenal kodon (tRNA aminoasil yang baru datang terikat pada kodon) kemudian melakukan pembentukan ikatan peptida dan translokasi.
3.       Terminasi, merupakan proses pelepasan rantai polipeptida dari ribosom.[14]
2.4    Kode Genetika
Informasi genetik dikode sebagai suatu urutan triplet basa yang tidak tumapng-tindih atau kodon, yang masing-masing ditranslasi menjadi asam amino spesifik selama sintesis protein. [15]
Kodon (kode genetik) adalah deret nukleotida pada mRNA yang terdiri atas kombinasi tiga nukleotida berurutan yang menyandi suatu asam amino tertentu sehingga sering disebut sebagai kodon triplet.
kode-genetika.png

2.5 Persilangan
persilangan monohibrid yaitu persilangan yang melibatkan hanya satu sifat saja. Generasi tertua atau induk ditandai sebagai generasi P1 (parental pertama). Hasil persilangan antara parental disebut hybrid dan diberi label generasi F1. Selanjutnya tanaman generasi F1 melakukan penyerbukan dan menghasilkan biji F2. Perbandingan antara F1 dan F2 adalah 3:1.
http://dittakris.files.wordpress.com/2011/06/image_thumb12-1.png
Persilangan dihibrid merupakan persilangan dua individu dengan melibatkan dua sifat beda. Maka persilangan dihibrid menghasilkan 16 genotif dengan perbandingan 9:3:3:1.
http://4.bp.blogspot.com/-oE6ORaoYgdg/UTaUXtaP9RI/AAAAAAAAAFM/nyckfebL-38/s1600/6.png
Selain persilangan monohibrid dan dihibrid ada juga persilangan testcross, dan backcross.
Testcross merupakan persilangan antara suatu individu yang tidakdiketahui genotipenya dengan induk yang genotipenya homozigot resesif. Testcross dapat dilakukan dengan individu yang bukan induknya, dengan syarat genotipenya diketahui homozigot resesif. Persilangan ini bertujuan untuk menguji heterozitgositas suatu persilangan.
Backcross merupakan persilangan antara anakan F1 yang heterozigot dengan induknya yang homozigot dominan. Maka gamet dari parental memiliki kemungkinan hanya satu macam.[16]

2.6 Penyimpangan Hukum Mendel

a.       Polimeri adalah pembastaran heterozigot dengan banyak sifat beda yang berdiri sendiri-sendiri tetapi mempengaruhi bagian yang same dari suatu organisme.
b.       Kriptomeri adalah pembastaran heterozigot dengan adanya sifat yang "tersembunyi" (Kriptos) yang dipengaruhi oleh suatu keadaan, pada bunga Linaria maroccana adalah pH air sel.
c.        Epistasis adalah faktor pembawa sifat yang menutup pemunculan sifat yang lain sekalipun sifat tersebut dominan.
d.       Hipostasis adalah faktor yang tertutupi oleh faktor lain. Sifat yang hipostasis pada suatu keturunan yang pada suatu seat muncul kembali (reappearence).
e.        Komplementer merupakan bentuk kerjasama dua gen dominan yang saling melengkapi untuk memunculkan suatu karakter.
f.        Interaksi alel merupakan suatu peristiwa dimana muncul suatu karakter akibat interaksi antar gen dominan maupun antar gen resesif.[17]

 2.7  Penentuan Jenis Kelamin
Penentuan jenis kelamin umumnya dipengaruhi oleh kromosom kelamin. Namun, pada beberapa makhluk hidup penentuan jenis kelamin dipengaruhi oleh perbandingan kromosom kelamin dengan kromosom tubuh.
a.       Penetuan jenis kelamin oleh kromosom kelamin
1)       Penentuan jenis kelamin tipe XY, antara lain terdapat pada mamalia. Kromosom X menentukan kromosom betina sedangkan kromosom Y menentukan jenis kelamin jantan. Dengan demikian, mamalia normal akan menghasilkan betina jika dalam tubuhnya membawa kromosom XX dan berkelamin jantan jika membawa kromosom kelamin YY.
2)       Penentuan jenis kelamin tipe XO, antara lain terdapat pada serangga. Jika kromosom kelamin XX dikatakan betina sedangkan  kromosom kelamin XO dikatakan jantan.
3)       Penentuan jenis kelamin tipe ZW, antara lain terdapat pada kupu-kupu, ikan, reptil dan burung. Kromosom ZZ dikatakan jantan dan kromosom kelamin ZW dikatakan betina.
4)       Penentuan jenis kelamin tipe ZO, hewan yang memiliki kromosom kelamin ZO dikatakan berkelamin betina.
b.       Penentuan jenis kelamin berdasarkan perbandingan kromosom X san autosom
c.        Penentuan jenis kelamin berdasarkan oleh tingkat ploidi[18]

2.8    Pautan
a.       Pautan Gen
Pautan gen terjadi pada gen-gen yang terletak pada kromosom yang sama dengan lokus yang berdekatan. Adanya peristiwa pautan menyebabkan frekuensi tiap jenis gamet menjadi tidak sama. Frekuensi rekombinan akan mengecil sehingga frekuensi genotif dan fenotif pada F2 juga akan menyimpang dari perbandingan Mendel.
b.       Pautan Kelamin
Pautan kelamin yaitu gen-gen yang terangkai pada kromosom kelamin. Pautan X adalah gen-gen yang hanya terdapat pada kromosom kelamin X contoh gen pautan X adalah gen yang menyebabkan buta warna, hemophilia, dan gigi coklat.  Sedangkan pautanY adalah gen-gen yang hanya terdapat pada kromosom kelamin Y contoh gen yang menyebabkan jari berselaput, hipertrikosis dan histrix gravior.
BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
1.       Genetika adalah ilmu yang mempelajari sifaf-sifat keturunan (hereditas) serta segala seluk beluknya secara ilmiah. Orang yang dianggap sebagai “Bapak Genetika” adalah  Johan Gregor Mendel.
2.       Hukum Mendel genetika menyatakan bahwa gen biasanya terjadi sebagai pasangan dalam sel-sel tubuh dan terpisah ketika sel kelamin terbentuk. Ia juga menyatakan bahwa dalam setiap pasangan gen, salah satu satu yang dominan dan yang lain resesif di alam.  Kromosom adalah struktur benang dalam inti sel yang bertanggung jawab dalam hal sifat keturunan (hereditas).
3.       Berdasarkan fungsinya, kromosom dibedakan menjadi dua tipe, yaitu:
a.       Kromosom tubuh (Autosom) yaitu kromosom yang menentukan ciri-ciri tubuh.
b.       Kromosom kelamin (Gonosom) yaitu kromosom yang menentukan jenis kelamin individu jantan atau betina atau pada manusia pria atau wanita.
4.       Gen sebagai factor keturunan tersimpan di dalm kromosom, yaitu di dalam manik – manik yang disebut kromomer atau nukleusom dari kromonema
5.       Hereditas pada manusia mempelajari mengenai macam penurunan sifat atau kelainan pada manusia.





[1] Neil A. Campbell Reece BJ, Mitchell LG, Op.Cit.,hal.256.
[2] Ibid
[4] Ibid
[5] Jowono dan Ahmad Z juniarto, Biologi Sel, (Jakarta: buku kedokteran EGC,2002) ,hlm.64
[6] Nurhaida Widiani, Biologi Sel, (Lampung: Buku Catatan,2013).
[7] Jowono dan Ahmad Z juniarto,Op.Cit.,hal.68
[8] Ibid, hal.72
[9] Arif Priadi,Op.Cit.,hal.50
[10] Arif Priadi,Op.Cit.,hal.52.
[11] Neil A. Campbell, Op.Cit,.hal.317.
[12] Subowo, Biologi Sel, (Bandung: Penerbit Angkasa, 1995), hal.116
[13] Ibid, hal.117.
[14] Neil A. Campbell, Op.Cit., hal. 327-330.
[15] Ibid, hal.320
[16] Ibid,hal. 263
[17] Arif Priadi,Op.Cit.,hal.88-89
[18] Ibid,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar