Tugas Kelompok
LAPORAN PRAKTIKUM KULIAH LAPANGAN
TAKSONOMI VERTEBRATA DI KEBUN BINATANG RAGUNAN DAN
PUSAT PRIMATA SCHMUTZER
(Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Taksonomi Vertebrata)
Disusun oleh:
Berti
Anina Sulistina (1211060197)
Darwisah (1211060200)
Cikra
Pawana (1211060199)
Erma
Indriyana (1211060086)
Fitri
Mulyana (1211060062)
Helen
Ariska (1211060195)
Irawansyah (1211060179)
Luq-luq
In Tatimmah (1211060141)
Muslimatun (1211060078)
M.
Dwi Kurniawan H (1211060193)
Sinta
Damayanti (1211060114)
Siti
Khusnul K (1211060045)
Syarifah
Setianingrum (1211060121)
Winda
Kurniati (1211060052)
Wiwit
Nurhasanah (1211060033)
Kelas
/ Smt : Biologi B / IV
Dosen
pembimbing : Gres Mareta, M.Si
Kelompok : II
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebun Binatang
Ragunan adalah sebuah kebun binatang yang terletak
di daerah Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Indonesia. Kebun
binatang seluas 140 hektar ini didirikan
pada tahun 1864 dengan nama
Planten En Dierentuin yang berarti "Tanaman dan Kebun Binatang". Di
dalamnya, terdapat berbagai koleksi yang terdiri dari 295 spesies dan 4040 spesimen.
Pusat Primata Schmutzer di Kebun Binatang Ragunan adalah tempat pelestarian primata dalam kebun binatang ragunan. Walaupun
berada dalam kebun binatang ragunan, pengelolaannya tidak diserahkan pada kebun
binatang ragunan, melainkan oleh swasta yang dananya pendiriannya berasal dari The Gibbon
Foundation. Pusat Primata
Schmutzer didirikan sebagai sarana pendidikan dan hiburan bagi pengunjungnya. Dalam
pengamatan terhadap keanekaragaman hewan khususnya vertebrata dan primate,
mahasiswa Pendidikan Biologi IAIN Raden Intan Lampung melakukan kegiatan
kunjungan ke ke kebun binatang ragunan dan pusat primate schmutzer.
Taksonomi Vertebrata adalah ilmu membahas
tentang hewan-hewan yang memiliki tulang belakang, yang dibagi dalam beberapa
super kelas yaitu, pisces, amphibi, reptil, aves dan mamalia. Oleh karena itu, kami melakukan pengamatan langsung untuk lebih memahami lagi anggota dan keanekaragaman
hewan vertebrata.
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum kuliah lapangan yang dilakukan di Taman Marga Satwa
Ragunan dan Pusat Primata Schmutzer yaitu sebagai berikut:
1.
Mengetahui keanekaragaman jenis Vertebrata
yaitu Aves, Pisces, Reptil, Mamalia, Amphibi dan Primata yang ada di kawasan
taman margasatwa tersebut.
2. Memperkenalkan
criteria morfologi dan anatomi untuk identifikasi Vertebrata.
3. Mampu
membuat deskripsi anggota Vertebrata dengan baik.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Sejarah Kebun Binatang Ragunan dan Pusat Primata
Schmutzer
Kebun Binatang
Ragunan adalah kebun binatang pertama di Indonesia. Kebun binatang ini
didirikan pada tahun 1864 dengan nama Planten
En Dierentuin yang berarti "Tanaman dan Kebun Binatang." Terletak
pada tanah seluas 10 hektaree di kawasan Cikini, Jakarta Pusat yang merupakan pemberian seorang pelukis ternama Indonesia, Raden Saleh.
Saat itu, Planten En Dierentuin dikelola oleh Perhimpunan Penyayang
Flora dan Fauna Batavia yang tergabung dalam Culturule Vereniging Planten en
Dierentuin at Batavia. Tahun 1949, nama Planten En Dierentuin diubah menjadi Kebun Binatang Cikini dan pada tahun 1969 dipindahkan ke kawasan Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta
Selatan pada tahun 1964.
Pemerintah DKI
Jakarta menghibahkan lahan seluas 30
hektaree yang menjadi rumah bagi kebun binatang ini. Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin meresmikan Taman Margasatwa Ragunan pada 22 Juni 1966. berada di ketinggian 50 m di atas permukaan laut dengan curah
hujan 2300 mm, suhu 27°C dan kelembapan 60 %. Taman Margasatwa Ragunan berdiri
di atas tanah latosol merah seluas 147 ha. Taman Margasatwa Ragunan didirikan
pada tanggal 19 September tahun 1864 di Batavia
(kini Jakarta) dengan nama “Planten en Dierentuin“ ini pertama kali di kelola
oleh perhimpunan penyayang Flora dan Fauna Batavia (Culture Vereniging Planten
en Dierentuin at Batavia). Taman ini berdiri di atas lahan seluas 10 ha di
Jalan Cikini Raya No 73 yang di hibahkan oleh Raden Saleh, pelukis ternama di
Indonesia.
Setelah Indonesia Merdeka, pada tahun 1949 namanya di ubah menjadi
Kebun Binatang Cikini. Dengan perkembangan Jakarta, Cikini menjadi tidak cocok
lagi untuk peragaan satwa. Pada tahun 1964. Pada masa Gubernur DCI Jakarta Dr.
Soemarno dibentuk Badan Persiapan Pelaksanaan Pembangunan Kebun Binatang untuk
memindahkan dari Jl. Cikini Raya no 73 Ke Pasar Minggu Jakarta Selatan yang
diketuai oleh Drh. T.H.E.W. Umboh. Pemerintah DKI Jakarta menghibahkan lahan
seluas 30 ha di Ragunan, Pasar Minggu. Jaraknya kira-kira 20 Km dari pusat
kota. Kepindahan dari Kebun Binatang Cikini ke Ragunan membawa lebih dari 450
ekor satwa yang merupakan sisa koleksi terakhir dari Kebun Binatang Cikini.
Kebun Binatang
Ragunan dibuka secara resmi pada 22 Juni 1966 oleh Gubernur DKI (Daerah Khusus
Ibukota) Jakarta Mayor Jenderal Ali Sadikin dengan
nama Taman Margasatwa Ragunan. Pada tahun 1974 Taman Margasatwa Ragunan
dipimpin oleh Benjamin Galstaun direktur pertama waktu itu. Pada tahun 1983
berubah namanya menjadi Badan Pengelola Kebun Binatang Ragunan. Pada tahun 2001
berubah lagi menjadi Kantor Taman Margasatwa Ragunan dan terakhir pada tahun
2009 berubah menjadi UPT (Unit Pelayanan Teknis)
Taman Margasatwa Ragunan. Pada tahun 2010 namanya berubah menjadi BLUD (Badan
Layanan Umum Daerah) Taman Margasatwa Ragunan. Saat ini luas Taman Margasatwa
Ragunan mencapai 147 Ha dengan koleksi satwa 2101 ekor satwa dari 220 spesies.
Seperti juga Kebun Binatang San Diego, kehidupan primata di Schmutzer di rancang seperti kehidupan alam
bebas binatangnya (tanpa kandang), contohnya kandang Gorila dan orang utan.
Kandang seperti ini disebut enklosur. Tempat untuk pengunjung disediakan
minimum, seperti jalan setapak, arena bermain dan belajar atau masuk gua, dan
tempat tinggal binatang diusahakan maksimum (dalam luas). Pusat
Primata Schmutzer juga memiliki musium, perpusatakaan dan teater bioskop
kecil tentang primata di Indonesia dan dunia. Karena pengunjung tidak
diperbolehkan membawa makanan masuk, lingkungan Schmutzer sangat bersih.
Pemeriksaan akan hal ini ketat, tepat penitipan barangnya aman dan rapi.
Pengunjung diperiksa sebelum masuk, bahkan permen pun akan disita di tempat
penitipan barang. Air minum disediakan gratis di dalam taman dengan adanya
pancuran air minum di setiap titik titik tertentu di kebun binatang.
Selain binatang
yang terawat, semua tumbuhan di Schmutzer diberi papan nama berdasarkan nama
latinnya untuk keterangan pengunjung. Pusat Primata ini masih dalam
pengembangan dan beberapa bagian masih dalam penyelesaian.Contohnya
pengembangan enklosur gorila 2 untuk gorila jantan
tanpa pasangan. Pada tahun 2006 pusat primata ini sudah diserahkan sepenuhnya
pada kebun binatang ragunan jakarta.
Ibu Pauline
Antoinette Schmutzer-versteegh merupakan perintis dibangunnya Pusat Primata
Schmutzer. Ia adalah seorang pecinta hewan,pelukis dan dermawan. Ia mewariskan
seluruh harta warisannya kepada The Gibbon Foundation
yang diketuai oleh Willie Smits untuk dibuat sebuah fasilitas terbaru untuk primata di Kebun
Binatang Ragunan.
3.2 Klasifiksi Vertebrata
1.
Aves
Kelas aves
(burung) berevolusi selama radiasi reptilia yang sangat hebat pada zaman
mesozoikum. Telur amniotik dan sisik pada kaki hanyalah dua diantara semua ciri
khas reptilia yang kita temukan pada burung. Akan tetapi burung modern tampak
sangat berbada dari reptilia modern karena memiliki bulu dan perkakas terbang
lainya yang khas.
Hampir setiap
bagian bagi anatomi yang khas termodifikasi dalam beberapa hal untuk
meningkatkan kemampuan terbang. Tulang-tulang burung memiliki struktur internal
yang menyerupai sarang lebah, yang membuat mereka kuat namun ringan. Kerangka
seekor burung frigate misalnya, dapat merentangkan sayap sepanjang lebih
dari 2 m dengan berat hanya sekitar 113 g. Adaptasi lain yang mengurai berat
burung adalah tidak adanya beberapa organ. Burung betina, misalnya, hanya
memiliki satu ovarium. Selain itu, burung modern juga tidak bergerigi, suatu
adaptasi yang mengurai bobot kepala. Makanan tidak dikunyah didalam mulut
tetapi digerus didalam empedal, suatu organ pencernaan yang terletak dekat
lambung. Paruh burung, yang terbuat dari keratin, terbukti sangat adaptif
selama evolusi burung, dan terdapat dalam beragam bentuk yang sesuai dengan
jenis makanan yang berbeda.
Terbang
memerlukan banyak sekali pengeluaran energi dari metabolisme aktif. Burung
adalah hewan endotemik, mereka menggunakan panas metabolismnya sendiri untuk
mempertahankan suhu tubuh yang hangat dan kostan. Bulu dan lapisan lemak pada
beberapa spesies memberikan panas yang dihasilkan dari metabolisme tersebut.
Sebuah sistem pernapasan yang efesien dan sebuah sistem peredaran darah dengan
sebuah jantung empat ruang menjaga agar jaringan tetap mendapat suplai oksigen
dan zat-zat makanan yang mencukupi, sehingga mendukung laju metabolisme yang
kuat. Paru-paru yang efisien memiliki pipa halus yang menuju ke dan dari kantung udara elastis membantu membuang
panas dan mengurangi kerapatan tubuh.
Aves
merupakan hewan bersayap, berkaki dua, berdarah panas dan bertelur. Tulang
burung ringan dan berongga di berbagai ruas untuk mengurangi densitas dan
beratnya. Semua burung memiliki paruh, yang berbeda hanyalah bentuk dan ukuran
paruhnya. Kebanyakan burung memiliki bulu kecuali sedikit yang tidak memiliki
bulu. Aves termasuk dalam kelompok hewan vertebrata yang besar dan terdapat di
seluruh dunia, dari daerah gurun sampai di kutub utara, juga di hutan hujan
Amazon, dan Greenland. Ada lebih dari 8,600 spesies burung yang telah
diidentifikasi yang dibagi menjadi 27 order. Selain itu, ada banyak subspesies
yang jika dihitung beserta dengan spesies yang diketahui mengandung lebih 3200
jenis.
Meskipun
kebanyakan aves bisa terbang ada beberapa spesies yang tidak mampu terbang
seperti burung unta, rea, emu, Kiwi dan penguin yang tidak bisa terbang. Semua
burung memiliki sayap meskipun pada burung yang tidak dapat terbang, meskipun
kecil dan tidak berguna. Burung adalah oviparous yaitu bertelur. Biasanya
burung betina akan mengeram telur, terkadang kedua pasangan akan bergilir, dan
dalam beberapa spesies burung hanya burung jantan akan mengeramkan telur
tersebut. Ada juga spesies burung yang bertelur dalam sarang burung lain untuk
dierami oleh keluarga angkat burung.
Kelas aves
terbagi kedalam begitu banyak bangsa ( ordo) yang di kenal baik
karakteristiknya. Berikut ini hanya dikenal karakteristik pada tingkat sub class.
1.
Sub
kelas archaeornithes (burung bengkarung).
Memiliki ciri burung-burung bergigi, telah punah. Hidup pada periode
jurassik. Meta karpal terpisah, tidak ada pigostil. Vertebrata kaudal
masing-masing dengan bulu-bulu berpasangan. Contoh: Archaeopterygiformes, Archaeopteryx
sp.
2.
Sub-kelas
neornithes.
Ada yang telah punah , tetapi ada yang termasuk burung modern. Bergerigi
atau tidak bergerigi, metacarpal bersatu, vertebra
kaudal tidakk ada yang mempunyai bulu berpasangan, kebanyakan mempunyai
pigostil , sternum ada yang berlunas, ada pula yang
rata. Mulai ada sejak jaman kretaseus.
a.
Super ordo
odontognathae.
b.
Super
ordo palaeognathae.
Burung berjalan
atau sedikit saja terbang. Tulang sternum tidak berlunas, sayap direduksi.
Tidak di pakai terbang, kaki massif dan berotot yang befungsi sebagai alat
gerak, sternum kecil dan tidak mempunyai karina, tidak ada gigig, vertebre
kaudal bebas, tulang korakoid dan scapula kecil.
1)
Ordo
struthioniformes.
Ukuran tubuh
besar, Kepala leher dan tungkai berbulu tipis, Kepala kecil, leher panjang,dan
teratur, Paruh pendek dan besar, Bulu tidak becabang, Kaki berjari-jari 2,
Tulang dadatanpa lunas, hidup bergerombol, omnivore, seekor jantan mempunyai
4-5 betina, berasal dari afrika dan Arabia. Contoh: Struthio
camelus (Burung unta).
2)
Ordo
rheiformes.
Dapat berlari
cepat, kepala, leher dan paha berbulu, bulu tak bercabang, sayap cukup besar,
kaki berjari 3 dengan cakar yang kuat, tulang dada tanpa lunas, tidak dapat
terbang, tinggi 1,2 m. berasal dari amerika latin. Contoh: Rhea Americana (Burung rea).
3)
Ordo
casuariiformes.
Tidak dapat
tetrbang, tidak berlunas, sayap kecil, tinggi 1,7 m , kepala dan leher tidak
berbulu, bulu bercabang hamper sama dengan induknya.
banyak terdapat di Australia dan irian. Contoh: Casuarius casuarius
(burung kasuari gelambir-gelambir).
4)
Ordo
apterygiformes.
Paruh panjang,
lubang hidung di ujung paruh, sayap berdegenerasi (humerus vestigial, hanya ada
satu jari, tidak mempunyai bulu plumae), tidak berlunas, bulu filoplum seperti
rambut. Sayap kecil, leher dan tungkai relative
pendek sayap kecil.jari-jari kaki belakang 4, hidup di permukaan tanah,
nocturnal, makanan cacing atau serangga. Telurnya berjumlah 1 atau 2 butir,
terdapat di selandia baru. Contoh: Apteryx
australia (Burung kiwi).
5)
Ordo
tinamiformes.
Sayap dapat
digunakan untuk terbang, berlunas, pigostil tereduksi, biasanya berlari,
sedikit terbang.sayap kecil dan bulat, burung kecil, terrestrial, tak pandai
terbang, pemakan tumbuhan, telur mengkilatterdapat di amerika latin. Contoh: Tinamus
major.
6)
Ordo
gaviiformes.
Kaki pendek
pada ujung tubuh. Jari-jari penuh dengan membrane kulit, patella kecil, terbang
cepat melayang laying, dan menukik, makanan ikan, habitat di belahan bumi
utara. Contoh: Gavia arctica (Loon berleher hitam).
7)
Ordo
procellariiformes.
Lubang hidung
tubular, paruh berlapis beberapa papan, didalam hidung terdapat beberapa
kelenjar, jari kaki vestigial, bulu filoplum, hidup dilaut, bertelur di
pulau-pulau, sayap 3m. Contoh: Diomedea exulans.
8)
Ordo
pelecaniformes.
Merupakan
burung besar sampai sangat besar yang hidup di air dan makanan nya ikan, warna
bulu berpariasi tapi condong warna hitam, ke 4 jari dalam satu membrane kulit,
lubang hidung vestigial, paruh besar untuk menyerok ikan di laut, banyak
terdapat di daerah tropis.
Contoh: P occidentalis.
Contoh: P occidentalis.
9)
Ordo
ciconiiformes.
Burung ukuran
besar ( 25-140), hidup di rawa atau tepi perairan, bulu bervariasi mempunyai
tekstur longgar, paruh selalu besar, kaki panjang dengan tiga jari panjang,
jari ke 4 di reduksi, sayap besar dan terbangnya tenang, hidup berkoloni, bulu
dekoratif,tidak ada membrane kulit sel jari. Contoh: Kuntul Kerbau (Bubulcus
ibis).
10)
Ordo
anseriformes.
Paruh lebar
dengan ditutupi dengan lapisan yang banyak mengandung organ sensorik,kaki
pendek, jari dengan membrane kulit, ekor pendek, hewan muda berbulu kapas,
tersebar di seluruh dunia. Contoh: Cygnus olor (angsa).
11)
Ordo
falconiformes.
Paruh kuat
sekali dengan kait pada ujung nya, kaki digunakan untuk menerkam mangsa, dengan
kuku kuat dan tajam, predator, aktif di waktu siang, sayap kuat, terbang cepat.
Contoh: Ictinaetus malayensis (elang hitam).
12)
Ordo
galliformes.
Kaki untuk
berlari, paruh tidak kuat, dan sedikit melengkung.
13)
Ordo
gruiformes.
Bulu dan
warnanya sangat variable, tapi berciri khas kriptik, paruh variable ramping dan
runcing ujung nya, kaki kuat dan panjang dan sebagian lagi pendek. Sarang
diatas tanah atau dekat dengan permukaan tanah. Contoh: Gallus gallus
domesticus (ayam).
14)
Ordo
charadriiformes.
15)
Ordo
columbiformes.
Paruh pendek
dan ramping, dengan sera pada pangkal paruhnya, tarsus lebih pendek dari pada
jari, tembolok besar dan berlapis-lapis sel yang mudah mengelupas dan membentuk
susu merpati. Contoh: Columba livia
(merpati).
16)
Ordo
psittaciformes.
Paruh pendek
kuat, pinggiran tajam, dan berkait pada ujungnya, mandibula dapat bergerak
bebasdari tulang kepala,bulu filoplum dan berwarna hijau,biru, kuning, atau
merah, hidup di hutan, makan buah buahan. Contohnya: Poicephalus senegalus
(betet).
17)
Ordo
podicitiformes.
Ekor berbulu
kapas, kaki jauh di bagian belakang tubuh, dapat menyelam dengan cepat, hidup
di air tawar atau pantai laut. Omnivora. Contoh: Podicipes auritus.
18)
Ordo
cuculiformes.
Burung pelari,
cakar di unakan untuk menangkap korban, paruh sedikit melengkung kebawah, dan
sering berwarna cerah, kaki pendek, sayap medium sampai panjangatau pendek dan
membulat,anak yang baru menetas tanpa bulu. Contoh: Centropus bengalensis
(Bubut Alang-alang).
19)
Ordo
strigiformes.
Kepala besar,
mata besar, lubang telinga besar kadang mempunyai lembaran penutup, paruh
pendek, aktif di waktu malam, makanannya burung kecil dan anttropoda. Contoh: Otus
lempiji.
20)
Ordo
caprimulgiformes.
Paruh kecil
tapi mulut lebar, kaki dan tarsus lembek dan kecil, aktif di waktu malam, makan
isecta malam. Contoh: Eurostopodus temminckii (Taktarau Melayu).
21)
Ordo
Micropodiformes.
Tubuh kecil,
kaki dan jari kecil, paruh kecil, lembek atau panjang dengan lidah bentuk
tabung, sarang di buat dari secret ludah. Contoh: Collocalia esculenta
(Walet Sapi).
22)
Ordo
coliiformes.
23)
Ordo
trogoniformes.
Paruh pendek
dan kuat, dengan bulu pada pangkalnya, kaki kecil dan lemah bulu berwarna
hijau, lemas, termasuk bulu yang berbulu indah. Contoh: Trogon elegans.
24)
Ordo
Coraciiformes.
25)
Jari
ketiga dank e 4 bersatu pada dasarnya , paruh kuat, pemakan kupu-kupu kecil,
lebah, kumbang, banyak terdapat di daerah tropis. Juga makan ikan dan katak
sambil menyelam dalam air. Contoh: Pelargopsis
capensis (Pekaka Emas).
26)
Ordo
piciformes.
Bulu ekor kaku,
paruh kuat, lidah kasar, hidup di hutan, membuat lubang dalam kayu untuk
mencari insekta dan larva, memakan cambium batang pohon. Menimbun kakanan dalam
lubang kayu. Contoh: Dryocopus
javensis (Pelatuk Ayam).
27)
Ordo
Passeriformes.
Ada 5100
spesies banyak yang pandai bernyanyi karena mempunyai pita suara.sebagian hidup
di darat, membuat sarang di dalam pohon, telur berwarna warni, ketika menetas
anak burung ini buta, yang kecil makan insect dan biji-bijian. Contoh: Corvus
corax.
2.
Reptil
Kata Reptilia berasal
dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan kelompok hewan
darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru. Ciri umum
kelas ini yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya
tertutup oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan
tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu dapat mengelupas
atau melakukan pergantian kulit baik secara total yaitu pada anggota Sub-ordo
Ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota Sub-ordo Lacertilia. Sedangkan
pada Ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir tidak pernah mengalami
pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptil memiliki sedikit sekali
kelenjar kulit.
Reptilia termasuk dalam
vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi pada beberapa diantaranya
tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali seperti pada serpentes dan
sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak mengalami reduksi tungkai umumnya
memiliki 5 jari atau pentadactylus dan setiap jarinya bercakar.
Rangkanya pada reptilia mengalami osifikasi sempurna dan bernafas dengan
paru-paru.
Reptil
adalah salah satu jenis vertebrata atau hewan yang memiliki tulang belakang
berdarah dingin dan memiliki sisik di sekujur tubuhnya. Reptil termasuk
tetrapoda, yaitu hewan yang memilikli empat kaki. Pada umumnya reptil
berkembang biak dengan cara bertelur, yang mana telurnya akan diselubungi oleh
membran amniotik. Keberadaan reptil sangatlah banyak di jumpai, semua benua
pasti terdapat reptil kecuali benua atlantik.
Adapun
ciri-ciri hewan reptil yaitu sebagai berikut:
1) Reptil
memiliki tulang belakang. Mereka adalah vertebrata.
2) Reptil
ditutupi oleh sisik.
3) Reptil
bernapas dengan paru-paru.
4) Kebanyakan
reptil bertelur. Beberapa reptil, seperti ular boa, melahirkan hidup muda.
5) Hampir
semua reptil berdarah dingin. Salah satu pengecualian adalah penyu belimbing,
yang dapat mengatur suhu tubuhnya untuk beberapa derajat.
Reptil dapat di
kelompokan menjadi 4 kelompok, yaitu :
1. Ordo
Crocodilia (contohnya ialah buaya, garhial, caiman, dan alligator): Jumlahnya
sekitar 23 spesies.
2. Ordo
Sphenodontia (contohnya yaitu tuatara Selandia Baru): Jumlahnya sekitar 2
spesies
3. Ordo
Squamata (contohnya ialah kadal, ular dan amphisbaenia “worm-lizards”:
jumlahnya sekitar 7.900 spesies.
4. Ordo
Testudinata (contohnya ialah kura-kura, penyu, dan terrapin): jumlahnya sekitar
300 spesies.
3.
Pisces
Pisces atau ikan adalah anggota
vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas
dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam
dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi,
ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih
diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha,
75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas
Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan
bertulang keras (kelas Osteichthyes).
Berdasarkan
bahan penyusun rangkanya Pisces dibagi menajdi 2 golongan:
1. Ikan berangka tulang rawan (Chondrichthyes), contoh : Ikan hiu,
ikan pari, ikan cucut.
2. Ikan berangka tulang sejati (Osteichthyes), contoh : ikan kakap,
ikan mas, ikan tongkol, ikan bandeng.
Ciri-ciri umum
dari ikan yaitu sebagai berikut :
1) Hidup di dalam air.
2) Mempunyai sisik yang berlendir.
3) Mempunyai sirip untuk bergerak.
4) Bernafas melalui insang.
5) Membiak secara bertelur.
Ikan
adalah kelompok parafiletik yang berarti, setiap kelas yang memuat semua
ikan akan mencakup pula tetrapoda yang bukan ikan. Atas dasar ini, pengelompokan
seperti Kelas Pisces, seperti pada masa lalu, tidak layak digunakan lagi. Berikut
adalah unit-unit yang mencakup semua vertebrata yang biasa disebut sebagai
ikan:
- Infrafilum
Gnathostomata (vertebrata
bermulut besar)
- Superkelas
Osteichthyes (ikan bertulang sejati: mencakup hampir
semua ikan penting masa kini)
4.
Amphibi
Amfibi
adalah jenis hewan vertebrata yang pada umumnya hidup di dua alam, yaitu darat
dan air. Biasanya amfibi akan bertelur di dalam air, atau sering juga
menempatkan telurnya di tempat yang memiliki tingkar kelembaban yang tinggi.
Setelah menetas larva atau berudu akan hidup di dalam air atau tempat yang
basah dan bernafas menggunakan dengan insang. Selanjutnya berudu tersebut akan
mengalami metamorfosis dan nantinya akan menjadi hewan dewasa yang hidup di
daratan dan bernafas menggunakan paru-paru. Adapun ciri-ciri hewan Amfibi
adalah sebagai berikut:
1)
Amfibi memiliki tulang belakang. Mereka adalah
vertebrata.
2)
Amfibi adalah hewan berdarah dingin. Mereka tidak bisa
mengatur suhu tubuh mereka sendiri.
3)
Amfibi menghabiskan setidaknya sebagian dari kehidupan
mereka di air dan di darat.
4)
Amfibi tidak memiliki sisik dan kulit mereka permeabel
(molekul dan gas dapat melewati).
5)
Amfibi memiliki insang untuk setidaknya bagian dari
kehidupan mereka. Beberapa spesies telah insang hanya sebagai larva, sementara
yang lain dapat memiliki insang sepanjang hidup mereka.
6)
Kebanyakan amfibi mengalami metamorfosis.
Contoh amfibia yang terdapat di Indonesia adalah bangsa sesilia (Caecilia), serta bangsa kodok dan katak (Anura). Sesilia adalah semacam amfibia
tidak berkaki yang badannya serupa cacing besar atau belut. Satu lagi bangsa amfibia, yang tidak terdapat secara alami di
Indonesia, adalah salamander.
Amfibia dari daerah bermusim empat ini bertubuh serupa kadal, namun berkulit licin tanpa sisik.
5.
Mamalia
Mamalia adalah hewan vertebrata yang
memiliki Glandula Mamae atau kelenjar susu yang tubuhnya tertutu dengan rambut.
Mamalia secara lambat laun berevolusi dari Reptilia (Otyloseuris yaitu
Therapsida) yang merupakan nenek Moyang dari Mamalia pada akhir zaman Trissic
dan permulaan dari Jurassic.
Kelompok fauna ini menempatkan ukuran badan yang sangat besar.
Salah satu jenis dari mamalia
ini muncul terakhir yang dikenal dengan Homo Sapiens= Manusia. Mamalia hidup di
darat dan ada yng hidup di air tawar maupun air laut.
Jenis mamalia ada yang Karnivora,
Herbivora, Omnivora. Modifikasi bentuk dalam niche yang khusus di dalam Ekosistem
merupakan adaptasi struktur, juga dialami oleh manusia. Modifikasi bentuk dan nice di dalam ekosistem yang
merupakan adaptasi struktur, juga dialami oleh manusia.
Ciri-ciri
hewan Mamalia adalah sebagai berikut:
· Secara
umum dapat dibedakan atas kepala, leher, batang tubuh, ekor dan anggota gerak 2
pasang (anggota gerak depan dan belakang), pada manusia ini disebut sepasang
tangan (Superior) dan sepasang kaki (Inferior)
·
Kelenjar susu
terdapat di dada, perut dan ketiak yang mengeluarkan susu sesudah melahirkan Kelenjar
ini merupakan deruvatif dari kelenjar keringat, juga memiliki kelenjar-kelenjar
lain.
·
Semua mamalia memiliki rambut, setidaknya pada satu
siklus hidupnya. Bukan bulu misalnya pada ikan paus hanya beberapa helai rambut ditenggorokan yang akan
hilang setelah Dewasa.
· Jalan
tegak, dimana tungkai ada di bawah tubuh, berpadunya tulang di gelang bahu
(pada Reptilia ini tidak terjadi).
· Tulang
memanjang dengan adanya lapisan Epifisis.
·
Homoithermus ,berdarah panas .suhu umumnya
dipertahankan sekitar 360.
· Ruas tulang leher ada 7
ruas dan hanya paka KUkang dan ikan duyung keadan nya lain.
· Bernafas
hanya dengan paru-paru ,Larynx mempunyai pita suara.
· Rongga
dada dan perut telah terpisah oleh Diafragma= Sekat rongga badan
· Mempunyai 2 Condylil (Tonjolan ganda di
belakang kepala). Ruas pertama tulang leher disebut ATLAS berbentuk Cincin.
· Rahang
bawah dibentuk oleh satu tulang tunggal.
· Tiga
tulang pendengaran.
· Langit
langit Scundair yang bertulang.
· Gigi
Marginal dengan rongga gigi, Heterodontia, diphyyodontis (2 generasi gigi).
· Mempunyai
otak yang besar pada Primata otak kecil (Cerebelummnya berkembang dengan baik)
Mempunya 12 Nervi Crenialis.
· Pembuahan di dalm tubuh, melahirkan anak yang
hidup (Vivipar), mempunyai placenta tetapi masih ada yang bertelur ( Ordo
Monotremata).
· Mempunyai
Vesica Urinaria (Kantong air seni).
Mamalia
dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu :
a.
Kelompok
Prototheria
Berkembangbiak dengan cara bertelur.
Embrio berkembang di dalam telur dengan menggunakan kuning telur sebagai sumber
makanannya. Setelah menetas hewan ini akan menghisap susu dari rambut induknya,
karena induk ini tidak memiliki puting susu.
b.
Kelompok
Metatheria
Melahirkan anaknya saat embrio masih pada tahap awal
sehingga masa kehamilannya singkat. Anak dalam tahap embrio tersebut dapat
merangkak masuk ke dalam kantung induknya yang disebut marsupium. Di dalam
marsupium embrio menyusu pada puting susu dan mengalami perkembangan
selanjutnya.
c.
Kelompok Eutheria
Melahirkan anaknya yang telah
menyelesaikan perkembangan embrioniknya di dalam rahim (uterus). Embrio
memperoleh nutrisi dari induknya melalui plasenta sehingga kelompok hewan ini
disebut mammalia berplasenta. Berikut ini adalah kelompok utama mamalia
eutheria:
·
Insectivora adalah kelompok mamalia pemakan
serangga.
·
Chiroptera adalah kelompok mammalia yang
memiliki selaput kulit membentang dari kaki depan, badan, dan kaki belakang.
Contoh kelelawar.
·
Lagomorpha mencakup mammalia yang memiliki
gigi seri seperti pahat, misalnya kelinci. Kaki belakang hewan ini lebih
panjang daripada kaki depan.
·
Perissodactyla mencakup mammalia berkuku pada
jari yang berjumlah ganjil pada kakinya. Hewan ini merupakan pemakan tumbuhan
atau herbivora. Contohnya: kuda (Equus caballus).
·
Artiodactyla
mencakup mammalia berkuku pada jari yang berjumlah genap masing-masing kakinya.
Contoh adalah domba (Ovis aries).
·
Sirenia adalah mamalia ammalian
akuatik yang memiliki tungkai depan mirip sirip. Sirenia merupakan ammalian
bertubuh besar tidak berambut. Rambut kasar hanya terdapat di bibirnya. Contoh
duyung atau dugong (Dugong dugong).
·
Proboscidea memiliki tubuh besar berotot serta
belalai berotot. Hewan yang termasuk kelompok ini adalah gajah sumatera (Elephas
maximus).
·
Cetacea hidup di laut dengan tubuh berbentuk ikan, kaki depan mirip
dayung dan tidak ada kaki belakang. Tubuhnya tidak berambut dan memiliki
lapisan tebal lemak sebagai insulasi. Contoh Lumba-lumba hidung botol (Tursiops
aduncus).
·
Carnivora adalah
kelompok mamalia yang memiliki gigi dan kuku yang tajam dan runcing untuk
menangkap dan memakan mangsanya. Kelompok ini disebut juga pemakan daging.
Contoh : Kucing (Felis silvestris).
·
Rodentia memiliki gigi seri seperti pahat.Gigi serinya
berjumlah sepasang di atas dan sepasang di bawah. Gigi seri tidak berakar sehingga tumbuh terus-menerus. Contoh: berang-berang.
·
Primata memiliki
ibu jari yang dapat disentuhkan ke jari lain, mata menghadap ke depan, dan otak berkembang baik. Contoh: beruk (Macaca sp.).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Kuliah
Lapangan (PKL) dengan mengunjungi kebun binatang ragunan dan pusat primate
schmutzer, dilaksanakan pada hari Rabu, 07 mei 2014 (13.00 s/d selesai).
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan
bahan yang digunakan dalam kunjungan ini yaitu alat tulis, kamera, dan koleksi
satwa Vertebrata yaitu, pisces,
amphibi, reptil, aves dan mamalia yang ada di kebun binatang ragunan dan
pusat primate schmutzer.
3.3 Cara Kerja
Dalam kunjungan
di kebun binatang ragunan dan pusat primate schmutzer
dilakukan
pengamatan dan penelitian yaitu:
1.
Melihat langsung satwa yang tersedia dan wawancara dengan
petugas yang memandu pengamatan.
2.
Mengambil foto satwa yang di amati, mencatat nama
spesies, mencatat hal-hal penting, kemudian mendeskripsikan serta
mengklasifikasikan satwa yang teramati.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. MAMALIA
1. Banteng Jawa (Bos javanicus)
Klasifikasi
Deskripsi :
Hewan ini mempunyai bentuk dan ukuran mirip sapi, dengan panjang tubuh 108-200 cm, tinggi pundak 130-170 cm.
Berat tubuhnya dapat mencapai 900 kg. Beberapa ciri yang membedakan dengan
sapi lokal yaitu antara lain warna kulit dan rambut banteng betina selalu
coklat kemerahan dan jantan berwarna hitam. Baik jantan maupun betina, kulit
dan rambut di bagian kaki bawah berwarna putih. Banteng jantan mempunyai tanduk
yang selalu menghadap ke arah atas atau sedikit condong ke depan, sedangkan
betina hampir semua tumbuh kearah belakang.
Musim kawin banteng dari lokasi yang
berbeda selalu berlainan. Anak yang dilahirkan selalu 1 ekor. Anak banteng
menjadi dewasa setelah berumur 2-3 tahun. Selama musim penghujan satwa ini
memakan rebung, dedaunan dan pada musim kemarau menyukai merumput di padang
rumput atau hutan terbuka. Satwa ini Tersebar di Pulau Jawa.
Status:
Belum Terncam.
2. Macan Tutul (Panthera pardus)
Klasifiksi
Kingdom :
Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Familia : Felidae
Genus : Panthera
Spesies :
Panthera pardus
Deskripsi :
Macan
tutul adalah salah satu dari empat kucing
besar. Hewan ini dikenal juga dengan sebutan harimau dahan karena kemampuannya
memanjat. Pada mulanya, orang berpikiran bahwa macan tutul adalah hibrida
dari singa dan
harimau,
sehingga muncul nama "leopard" di kalangan peneliti Eropa awal. Macan tutul jawa
(P. p. melas) adalah fauna identitas Jawa Barat
dan termasuk hewan yang terancam punah di Indonesia.
Macan tutul
berukuran besar, dengan panjang tubuh antara satu sampai dua meter. Spesies ini
pada umumnya memiliki bulu berwarna kuning kecoklatan dengan bintik-bintik
berwarna hitam. Bintik hitam dikepalanya berukuran lebih kecil. Macan tutul
betina serupa, dan berukuran lebih kecil dari jantan.
Daerah
sebaran macan tutul adalah di benua Asia
dan Afrika.
Spesies ini sempat dianggap memiliki banyak anakjenis (lebih dari 30
subspesies) yang ditemukan di segala macam habitat, mulai dari hutan tropis,
gurun, savanah, pegunungan dan daerah pemukiman, namun
sekarang direduksi menjadi hanya sembilan setelah dilakukan pengujian
molekuler.
Macan Tutul
adalah hewan penyendiri, yang saling menghindari satu
sama lain. Spesies ini lebih aktif di malam hari. Karena tingkat kematian anak
yang tinggi, betina biasanya mempunyai satu sampai dua anak, yang tinggal
bersama induknya sampai macan muda berumur sekitar antara satu setengah sampai
dua tahun.
Macan Tutul
merupakan pemburu oportunitis, yang menggunakan segala kesempatan untuk
mendapatkan mangsanya. Mereka memakan hampir segala mangsa dari berbagai
ukuran. Mangsa utamanya terdiri dari aneka hewan menyusui, binatang pengerat,
ikan, burung, monyet dan
binatang-binatang lain yang terdapat disekitar habitatnya.
Pada umumnya,
Macan Tutul menghindari manusia. Namun macan yang kurang sehat, kelaparan atau
terluka sehingga tidak dapat berburu mangsa yang biasa, dapat memangsa manusia.
Ada peristiwa mengenai seekor Macan Tutul jantan di Rudraprayag memangsa lebih
dari 125 jiwa, dan seekor Macan Tutul betina yang disebut "Macan Tutul
Panar" memangsa lebih dari 400 jiwa pada awal abad
ke-20 di India.
Beberapa subspesies dari Macan
Tutul seperti Macan Kumbang dari Indonesia
terancam punah, namun secara umum Macan Tutul
dievaluasikan sebagai Beresiko Rendah di dalam IUCN Red List.
3. Harimau
Sumtra (Panthera
tigris)
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Carnivora
Famili : Felidae
Genus :
Panthera
Spesies : Panthera tigris
Deskripsi
Harimau sumatera adalah subspesies harimau terkecil. Harimau sumatera mempunyai warna paling gelap di
antara semua subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan
jaraknya rapat kadang kala dempet. Harimau sumatera jantan memiliki panjang
rata-rata 92 inci dari kepala ke buntut atau sekitar 250 cm panjang dari kepala
hingga kaki dengan berat 300 pound atau sekitar 140 kg, sedangkan tinggi dari
jantan dewasa dapat mencapai 60 cm. Betinanya rata-rata memiliki panjang 78
inci atau sekitar 198 cm dan berat 200 pound atau sekitar 91 kg. Belang harimau
sumatera lebih tipis daripada subspesies harimau lain. Warna kulit harimau
sumatera merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning
kemerah-merahan hingga oranye tua. Subspesies ini juga punya lebih banyak
janggut serta surai dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan.
Ukurannya yang kecil memudahkannya menjelajahi rimba. Terdapat selaput di
sela-sela jarinya yang menjadikan mereka mampu berenang cepat. Harimau ini
diketahui menyudutkan mangsanya ke air, terutama
bila binatang buruan tersebut lambat berenang. Bulunya berubah warna menjadi
hijau gelap ketika melahirkan.
Harimau sumatera hanya ditemukan di pulau Sumatera. Kucing besar
ini mampu hidup di manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan,
dan tinggal di banyak tempat yang tak terlindungi. Hanya sekitar 400 ekor
tinggal di cagar alam dan taman nasional, dan sisanya tersebar di daerah-daerah
lain yang ditebang untuk pertanian, juga terdapat lebih kurang 250 ekor lagi
yang dipelihara di kebun binatang di seluruh dunia. Harimau sumatera mengalami
ancaman kehilangan habitat karena daerah sebarannya seperti blok-blok hutan
dataran rendah, lahan gambut dan hutan hujan pegunungan terancam pembukaan
hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh
aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan. Karena habitat yang semakin sempit
dan berkurang, maka harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih dekat dengan
manusia, dan seringkali mereka dibunuh dan ditangkap karena tersesat memasuki
daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang tanpa sengaja dengan manusia.
Makanan harimau sumatera tergantung tempat tinggalnya dan seberapa
berlimpah mangsanya. Sebagai predator utama dalam rantai makanan, harimau mepertahankan populasi mangsa
liar yang ada di bawah pengendaliannya, sehingga keseimbangan antara mangsa dan
vegetasi yang mereka makan dapat terjaga. Mereka memiliki indera pendengaran
dan penglihatan yang sangat tajam, yang membuatnya menjadi pemburu yang sangat
efisien. Harimau Sumatera merupakan hewan soliter, dan mereka berburu pada
malam hari, mengintai mangsanya dengan sabar sebelum menyerang dari belakang
atau samping. Mereka memakan apapun yang dapat ditangkap, umumnya babi
hutan dan rusa, dan kadang-kadang unggas atau ikan. Orangutan
juga dapat jadi mangsa, mereka jarang menghabiskan waktu di permukaan tanah, dan
karena itu jarang ditangkap harimau. Harimau sumatera juga gemar makan durian.
Harimau sumatera juga mampu berenang dan memanjat pohon ketika
memburu mangsa. Luas kawasan perburuan harimau sumatera tidak diketahui dengan
tepat, tetapi diperkirakan bahwa 4-5 ekor harimau sumatera dewasa memerlukan
kawasan jelajah seluas 100 kilometer di kawasan dataran rendah dengan jumlah
hewan buruan yang optimal (tidak diburu oleh
manusia).
Harimau sumatera dapat berbiak kapan saja. Masa kehamilan adalah
sekitar 103 hari. Biasanya harimau betina melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau
sekaligus, dan paling banyak 6 ekor. Mata anak harimau baru terbuka pada hari
kesepuluh, meskipun anak harimau di kebun binatang ada yang tercatat lahir
dengan mata terbuka. Anak harimau hanya minum air susu induknya selama 8 minggu
pertama. Sehabis itu mereka dapat mencoba makanan padat, namun mereka masih
menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak harimau pertama kali meninggalkan sarang
pada umur 2 minggu, dan belajar berburu pada umur 6 bulan. Mereka dapat berburu
sendirian pada umur 18 bulan, dan pada umur 2 tahun anak harimau dapat berdiri
sendiri. Harimau Sumatera dapat hidup selama 15 tahun di alam liar, dan 20
tahun dalam kurungan.
Status: Harimau yang habitat aslinya di pulau Sumatera, merupakan satu dari enam subspesies harimau yang masih bertahan
hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically
endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga
Konservasi Dunia IUCN.
4. Beruang Madu (Helarctos malayanus)
Klasifikasi
Deskripsi :
Beruang
madu termasuk familia ursidae
dan merupakan jenis paling kecil dari kedelapan jenis beruang
yang ada di dunia. Beruang
ini adalah fauna
khas provinsi Bengkulu
sekaligus dipakai sebagai simbol
dari provinsi tersebut. Beruang madu juga
merupakan maskot dari kota Balikpapan. Beruang madu di Balikpapan
dikonservasi di sebuah hutan lindung bernama Hutan Lindung Sungai Wain. Panjang
tubuhnya 1,40 m, tinggi punggungnya 70 cm dengan berat berkisar 50 –
65 kg. Bulu beruang madu cenderung
pendek, berkilau dan pada umumnya hitam,
matanya berwarna cokelat
atau biru,selain
itu hidungnya
relatif lebar tetapi tidak terlalu moncong. Jenis bulu beruang
madu adalah yang paling pendek dan halus dibandingkan beruang
lainnya, berwarna hitam
kelam atau hitam
kecoklatan, di bawah bulu lehernya terdapat tanda yang unik berwarna oranye yang dipercaya
menggambarkan matahari
terbit. Berbeda dengan beruang madu dewasa, bayi beruang madu yang baru lahir
memiliki bulu yang lebih lembut, tipis dan bersinar. Karena hidupnya di
pepohonan maka telapak kaki
beruang ini tidak berbulu sehingga ia dapat bergerak dengan kecepatan
hingga 48 kilometer
per jam dan memiliki tenaga
yang sangat kuat. Kepala beruang madu relatif besar sehingga menyerupai anjing yakni memiliki telinga
kecil dan berbentuk bundar. Beruang jenis ini memiliki lidah yang sangat panjang
dan dapat dipanjangkan sesuai dengan kondisi alam untuk menyarikan madu dari sarang lebah di pepohonan. Selain
itu, lidah yang panjangnya dapat
melebihi 25 cm itu juga digunakan untuk menangkap serangga
kecil di batang pohon.
Beruang madu memiliki penciuaman yang sangat tajam dan memiliki kuku yang panjang di
keempat lengannya yang digunakan untuk mempermudah mencari makanan. Beruang
madu lebih sering berjalan dengan empat
kaki, dan sangat jarang
berjalan dengan dua kaki seperti manusia. Lengan beruang jenis ini cukup lebar
dan memiliki kuku melengkung serta
berlubang yang memudahkannya memanjat pohon. Kuku tangan yang melengkung
digunakan oleh beruang
ini untuk menggali rayap, semut dan sarang lebah dan beruang
yang sedang mencari madu akan
segera menghancurkan kayu yang
masih hidup dan segar dan bahkan berusaha untuk menggaruk pohon yang kayunya keras. Rahang beruang madu tidak
proporsional karena terlalu besar sehingga tidak dapat memecahkan buah-buah
besar seperti kelapa. Gigi
beruang ini lebih datar dan merata dibandingkan dengan jenis beruang lain, gigi taringnya cukup
panjang sehingga menonjol keluar dari mulut. Ukuran tulang tengkorak
kepala beruang madu pada umunya memiliki panjang tengkorak
264,5 mm, panjang condylobasal 241,3 mm, lebar zygomatic
214,6 mm, lebar mastoid 170,2 mm, lebar interorbital
70,5 mm, lebar maxilla 76,2 mm.
Beruang madu hidup di hutan-hutan primer, hutan sekunder dan
sering juga di lahan-lahan pertanian, mereka biasanya berada di pohon pada
ketinggian 2-7 meter dari tanah, dan suka mematahkan cabang-cabang pohon atau
membuatnya melengkung untuk membuat sarang. Habitat
beruang madu terdapat di daerah hujan
tropis Asia Tenggara.
Penyebarannya terdapat di pulau Borneo,
Sumatera,
Indocina,
Cina Selatan, Burma, serta Semenanjung
malaya. Oleh karena itulah jenis ini tidak memerlukan masa hibernasi
seperti beruang lain yang tinggal di wilayah empat
musim.
Beruang madu di masa lalu diketahui tersebar hampir di seluruh benua Asia,
namun sekarang menjadi semakin jarang akibat kehilangan dan fragmentasi habitat. Beruang madu
adalah binatang omnivora
yang memakan apa saja di hutan. Mereka memakan aneka buah-buahan dan tanaman
hutan hujan tropis, termasuk juga tunas
tanaman jenis palem.
Mereka juga memakan serangga, madu, burung, dan binatang kecil
lainnya. Apabila beruang madu memakan buah, biji ditelan utuh, sehingga tidak
rusak, setelah buang air besar, biji yang ada di dalam kotoran mulai tumbuh
sehingga beruang madu mempunyai peran yang sangat penting sebagai penyebar
tumbuhan buah berbiji besar seperti cempedak,
durian,
lahung, kerantungan dan banyak jenis lain. Pada wilayah yang telah diganggu
oleh manusia, mereka akan
merusak lahan pertanian, menghancurkan pisang, pepaya atau tanaman kebun
lainnya.
Beruang madu tidak mempunyai musim
kawin
tetapi perkawinan dilakukan sewaktu-waktu terutama bila beruang madu betina
telah siap kawin. Lama mengandung beruang betina adalah 95-96 hari, anak yang
dilahirkan biasanya berjumlah dua ekor dan disusui selama 18 bulan. Terkadang,
beruang betina hanya terlihat dengan satu bayi dan sangat jarang ditemukan
membawa dua bayi setelah masa kehamilannya. Hal ini sangat dimungkinkan karena
beruang madu sengaja menunda perkawinan untuk mengupayakan agar bayi terlahir
saat induk memiliki berat badan yang cukup, cuaca yang sesuai serta makanan
tersedia dalam jumlah yang memadai. Beruang melahirkan di sarang yang berbentuk
gua atau lubang pepohonan dimana bayi
yang terlahir tanpa bulu dan masih sangat lemah dapat bertahan hidup. Bayi akan
tetap tinggal di sarang
sampai ia mampu berjalan bersama induknya mencari makanan. Bayi beruang madu di
duga hidup bersama induknya hingga berusia dua tahun dan kemudian mulai hidup
secara mandiri. Status: Indanger= Apendix I.
5. Kuda Nil
(Hippopotamus amphibius)
Klasifikasi
Kerajaan :
Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Hippopotamidae
Genus : Hippopotamus
Spesies : Hippopotamus amphibius
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Hippopotamidae
Genus : Hippopotamus
Spesies : Hippopotamus amphibius
Deskripsi :
Kuda nil memiliki tubuh yang besar dan berat, serta kulit
kelabu gelap. Mereka juga memiliki gading
besar yang biasa mereka gunakan untuk mempertahankan diri dari predator.
Kuda nil memiriki ciri khas tubuh yang besar, mulut dan gigi yang sangat besar,
empat kaki yang pendek dan gemuk, serta badan yang hampir tidak berambut. Kuda nil dewasa
memiliki berat 1.5 sampai 3 ton. Meskipun bertubuh besar dan berkaki pendek,
kuda nil mampu berlari dengan cepat. Untuk jarak pendek, mereka mampu berlari
secepat 30 km/jam, lebih cepat dari kecepatan lari manusia pada umumnya. Kuda
nil memiliki watak agresif dan dianggap salah satu hewan
paling berbahaya di Afrika. Kerabat kuda nil yang paling dekat adalah kelompok Cetacea,
seperti paus, lumba-lumba
dan pesut.
Selain itu kuda nil juga berkerabat dengan babi dan hewan-hewan
berkuku genap lainnya.
Kuda nil adalah hewan herbivora.
Pada siang hari, kuda nil berada air atau di lumpur untuk tetap dingin. Di air,
kuda nil hidup secara berkelompok, dan menguasai wilayah tertentu. Kuda nil
juga tidur, bereproduksi
dan melahirkan di air. Pada
petang dan malam hari, kuda nil keluar dari air dan memakan rumput. Di darat,
kuda nil tidak berkelompok dan tidak memiliki wilayah teritorial.
Status:
Apendix I.
6. Anoa (Bubalus
depressicornis)
Klasifikasi
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mamalia
Famili
: Bovidae
Genus
: Bubalus
Spesies
: Bubalus
depressicornis
Deskripsi :
Anoa adalah hewan endemik Sulawesi, sekaligus maskot provinsi Sulawesi
Tenggara. Ekor lebih pendek dan lembut,
serta memiliki tanduk melingkar. Penampilan mereka mirip dengan kerbau, dengan berat berat tubuh 150-300 kilogram dan tinggi 75
centimeter. Habitat anoa berada di hutan tropika dataran, sabana (savanna), terkadang juga dijumpai di rawa-rawa. Mereka merupakan penghuni hutan
yang hidupnya berpindah-pindah tempat. Apabila menjumpai musuhnya, anoa akan
mempertahankan diri dengan mencebur ke rawa-rawa dan jika terpaksa melawan,
mereka akan menggunakan tanduknya.
Anoa termasuk hewan herbivora. Di alam bebas, anoa memakan makanan yang berair (aquatic feed),
seperti pakis, rumput, tunas
pohon, buah-buahan yang jatuh, dan jenis umbi-umbian. Anoa dataran rendah terkadang juga meminum air laut yang
diduga untuk memenuhi kebutuhan mineral mereka. Di dataran tinggi, anoa juga menjilat garam alami untuk memenuhi kebutuhan mineralnya. Setiap
tahunnya, induk anoa rata-rata hanya melahirkan satu bayi anoa. Anoa bisa
bertahan hidup sekitar 20 tahun hingga 25 tahun, dan sudah mampu kawin serta
berkembang biak pada umur 2 tahun sampai 3 tahun. Periode kehamilan terjadi
selama 276 hari sampai 315 hari. Bayi anoa yang dilahirkan induknya hanya satu
ekor, dan sangat jarang sekali mereka sampai melahirkan hingga dua ekor bayi
anoa. Saat dilahirkan, bayi anoa memiliki bulu berwarna cokelat keemasan atau
kekuningan dan sangat tebal. Warnanya perlahan akan berubah menjadi lebih gelap
seiring dengan pertumbuhannya.
Status: IUCN
7. Binturung
(Arctictis binturong)
Klasifikasi
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mamalia
Ordo
: Carnivora
Famili
: Viverridae
Genus
: Arctictis
Spesies
: Arctictis binturong
Deskripsi :
Binturung (Arctictis binturong) adalah sejenis musang bertubuh besar, anggota suku Viverridae. Beberapa dialek Melayu menyebutnya binturong, menturung atau menturun.
Dalam bahasa Inggris, hewan ini disebut Binturong, Malay
Civet Cat, Asian Bearcat, Palawan
Bearcat, atau secara ringkas Bearcat. Barangkali karena karnivora berbulu hitam lebat ini bertampang mirip beruang yang berekor
panjang, sementara juga berkumis lebat dan panjang seperti kucing (bear:
beruang; cat: kucing). Musang yang berekor besar panjang dan bertubuh besar. Panjang kepala dan
tubuh antara 60-95 cm, ditambah ekornya antara 50-90 cm. Beratnya sekitar 6-14
kg, bahkan sampai 20 kg.
Berambut panjang dan kasar, berwarna hitam seluruhnya atau
kecoklatan, dengan taburan uban keputih-putihan atau kemerahan. Pada
masing-masing ujung telinga terdapat seberkas rambut yang memanjang. Ekor
berambut lebat dan panjang, terutama di bagian mendekati pangkal, sehingga
terkesan gemuk. Ekor ini dapat digunakan untuk berpegangan pada dahan (prehensile
tail), sebagai ‘kaki kelima’. Binturung betina memiliki pseudo-penis alias penis palsu, suatu organ khas yang langka ditemui. Sebagaimana umumnya musang, binturung terutama aktif di malam hari. Di atas
pepohonan (arboreal) atau juga turun ke tanah (terestrial). Kadang-kadang ada juga yang bangun dan aktif di siang hari.
Meski termasuk bangsa Carnivora, yang artinya pemakan
daging atau pemangsa, makanan binturung terutama adalah buah-buahan masak di
hutan, misalnya jenis-jenis ara (Ficus spp.). Hewan ini juga memakan pucuk dan daun-daun tumbuhan, telur, dan
hewan-hewan kecil semisal burung dan hewan pengerat. Pandai memanjat dan melompat dari dahan ke dahan, binturung
biasanya bergerak tanpa tergesa-gesa di atas pohon. Ekornya digunakan untuk
keseimbangan, atau kadang-kadang berpegangan manakala sedang meraih makanannya
di ujung rerantingan. Cakarnya berkuku tajam dan melengkung, memungkinkannya
untuk mencengkeram pepagan dengan kuat. Kaki belakangnya dapat diputar ke
belakang untuk memegang batang pohon, sehingga binturung dapat turun dengan
cepat dengan kepala lebih dulu.
Binturung mengeluarkan semacam bau, seperti umumnya musang, dari
kelenjar di bawah pangkal ekornya. Bau ini digunakan untuk menandai wilayah
kekuasaannya. Hewan betina melahirkan 2-6 anak, setelah mengandung selama
kurang lebih 91 hari. Binturung menyukai hutan-hutan
primer dan sekunder, hanya kadang-kadang saja ditemukan di kebun di tepi hutan.
Status: Tidak terancam.
8. Rusa
Sambar (Cervus unicolor)
Klasifikasi
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mamalia
Genus
: Cervus
Spesies
: Cervus unicolor
Deskripsi :
Rusa sambar atau sambar india (disebut juga rusa sambur, sambhur,
Tamil: Kadaththi man), adalah jenis rusa besar yang umum
berhabitat di Asia. Spesies yang umum memiliki ciri
khas tubuh yang besar dengan warna bulu kecoklatan. Sambar dapat tumbuh
setinggi 102 cm - 160 cm sampai bahu dengan berat sekitar 546 kg. Sambar
umumnya berhabitat di hutan dan bergantung pada tanaman semak atau rerumputan.
Mereka umumnya hidup dalam kelompok dengan anggota 5 - 6 anggota. Rusa sambar (Cervus
unicolor syn. Cervus aristotelis) mendiami sebagian besar Asia
Selatan dengan batas sampai wilayah Himalaya. Selain itu dapat pula ditemukan di hutan tropis Burma, Thailand, Indocina, the Semenanjung Malaya), Tiongkok
Selatan (termasuk Hainan), Taiwan, serta di pulau Sumatra dan Kalimantan di Indonesia.
Klasifikasi
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mamalia
Deskripsi :
Unta atau
Onta adalah dua spesies hewan berkuku genap dari genus Camelus (satu
berpunuk tunggal-Camelus
dromedarius, satu lagi berpunuk ganda-Camelus
bactrianus) yang hidup ditemukan di wilayah kering dan gurun di Asia dan Afrika Utara. Rata-rata
umur harapan hidup unta adalah antara 30 sampai 50
tahun. Domestikasi
unta oleh manusia telah dimulai sejak kurang lebih 5.000 tahun yang lalu.
Pemanfaatan unta antara lain untuk diambil susu (yang memiliki nilai
nutrisi lebih tinggi dari pada susu sapi) serta dagingnya, dan juga
digunakan sebagai hewan pekerja. Unta hidup di padang pasir
yang memiliki range temperatur udara yang mampu membunuh mayoritas makhluk hidup.
Selain itu, mereka mampu untuk tidak makan dan minum selama beberapa hari.
Ada banyak
hal yang membuat mereka mampu beradaptasi. Salah satunya adalah punuknya.
Banyak orang mengira punuknya menyimpan air, tapi sebenarnya
tidak. Punuk unta menyimpan lemak
khusus, yang pada suatu saat bisa diubah menjadi air dengan bantuan oksigen
hasil respirasi.
Satu gram lemak yang ada pada punuk unta bisa diubah menjadi satu
gram air. Kemampuan adaptasi lainnya yang luar biasa adalah, sistem
respirasinya meninggalkan sedikit sekali jejak uap air. uap air yang keluar dari paru-paru
diserap kembali oleh tubuhnya melalui sel
khusus yang terdapat di hidung
bagian dalam, membentuk kristal dan suatu saat dapat diambil.
Tubuh unta
dapat bertahan hingga pada suhu 41 derajat celcius.
Lebih dari itu, unta mulai berkeringat. Penguapan dari keringat yang terjadi
hanya pada kulitnya,
bukan pada rambutnya. Dengan cara pendinginan yang efisien itu, unta mampu
menghemat air cukup banyak. Ada banyak hal mengapa darah
unta tidak mengental pada kondisi di mana darah mayoritas makhluk hidup sudah
mengental. Sel darah merah unta berbentuk oval, bukan
bulat seperti makhluk hidup lainnya. Unta juga memiliki sistem imunitas
yang cukup unik. Semua mamalia memiliki antibodi
berbentuk Y dengan dua rantai panjang sepanjang Y itu dengan dua rantai pendek
di setiap ujung dari Y tersebut, tapi unta hanya memiliki dua rantai panjang
yang menjadikannya berbentuk lebih kecil sehingga mengurangi kemungkinan darah
akan mengental. Ginjal
dan usus
mereka sangat efisien dalam menyaring air.
B. PISCES
1. Arapaima (Arapaima gigas)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Genus :
Arapaima
Spesies :
Arapaima gigas
Deskripsi :
Arapaima, pirarucu, atau paiche (Arapaima
gigas) adalah jenis ikan air tawar
terbesar di dunia yang berasal dari perairan daerah tropis Amerika Selatan.
Ikan Arapaima dapat tumbuh
maksimal sepanjang 3 meter dan berat 200 kilogram. Saat ini sudah sangat jarang
terdapat arapaima yang berukuran lebih dari 2 meter karena ikan ini sering
ditangkapi untuk dikonsumsi penduduk atau diekspor ke negara lain.
2. Ikan Aligator (Alligator gar)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Osteichthyes
Ordo : Crocodylia
Family : Alligatoridae
Family : Alligatoridae
Genus : Alligator
Species : Alligator gar
Deskripsi :
Merupakan ikan yang satu ini mirip dengan bentuk buaya dan aligator
mirip dalam penampilan dapat kita lihat gambarnya di atas jenis ikan satu ini
mirip sekali dengan seekor buaya maupun dengan ciri-cirinya, tidak jauh berbeda
dengan bentuk buaya, tapi menunjukkan sejumlah perbedaan. Buaya yang berwarna gelap dengan
moncong lebar dan bulat dan biasanya ditemukan di air tawar. Buaya adalah
keabu-abuan-hijau dan lebih memilih habitat pantai, payau, dan air garam.
Mereka memiliki, sempit meruncing, moncong segitiga. Juga, gigi keempat pada
kedua sisi rahang bawah dari buaya cocok ke soket internal di rahang atas
sehingga gigi ini tersembunyi ketika mulut ditutup. Pada buaya, gigi keempat
selalu terbuka. Dan ukurannya Spesimen terbesar tercatat tersebut diberikan
untuk spesimen Louisiana diukur pada 576 cm (19 ft 2 in) meskipun beberapa
sumber menyebutkan pengukuran sebagai 6 m (19,8 kaki). Perlu dicatat,
bagaimanapun, bahwa angka ini tidak berdasar dan dengan demikian, yang
diselenggarakan di pertanyaan.
Alligator merupakan ikan, relatif
pasif soliter yang hidup di badan air segar dan payau di Amerika Serikat bagian
tenggara Ini adalah karnivora dan makan dengan mengintai di antara alang-alang
dan vegetasi, menyergap mangsa lainnya. Alligator gar sering dicurigai dalam
serangan terhadap manusia tetapi tidak ada serangan-serangan ini telah resmi
dikonfirmasi sebagai karya spesies ini. Alligator gar Meskipun lebih suka
bergerak lambat perairan sungai, bayous, dan oxbows sepanjang tahun ini,
tampaknya perlu waktu musim semi bidang banjir tergenang atau vegetasi lahan
basah dalam rangka untuk bertelur. Sampai relatif baru semua gars umumnya telah
diklasifikasikan dalam genus Lepisosteus Lacepède , 1803. Para Alligator
gar telah diberi nama adamantinus Atractosteus oleh eksentrik Samuel
Konstantin Rafinesque-Schmaltz pada tahun 1818, dan untuk waktu yang lama Atractosteus
hanya dipandang sebagai sinonim junior Lepisosteus.
3. Ikan Arwana
asia (Scleropages formosus)
Klasfikasi
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Osteoglossiformes
Famili : Orteoglossidae
Genus : Scleropages
Species :
Scleropages formosus
Deskripsi
:
Arwana Asia adalah spesies asli
sungai-sungai di Asia Tenggara khususnya Indonesia. Ada empat varietas warna yang terdapat
di lokasi:
- Hijau, ditemukan di Indonesia,
Vietnam,
Birma,
Thailand,
dan Malaysia
- Emas dengan ekor merah, ditemukan
di Indonesia
- Emas, ditemukan di Malaysia
- Merah, ditemukan di Indonesia
Arwana Asia (Scleropages formosus), atau Siluk Merah
adalah salah satu spesies ikan
air tawar dari Asia Tenggara. Ikan ini memiliki badan yang
panjang; sirip dubur terletak jauh di belakang badan. Arwana Asia umumnya
memiliki warna keperak-perakan. Arwana adalah ikan bertulang air tawar
dari keluarga Osteoglossidae, juga dikenal sebagai bonytongues. Arwana
sebenarnya termasuk jenis ikan purba yang hingga
kini belum punah. Banyak nama yang melekat padanya,di antara ikan siluk, ikan
kayangan, ikan kalikasi, dan ikan kelasa.
Ciri-ciri
fisik dari Scleropages formosus:
Secara morfologis (ciri-ciri
fisik), badan dan kepala arwana agak padat.
Tubuhnya pipih dan punggungnya datar, hampir lurus dari mulut hingga
sirip punggung. Garis lateral atau gurat sisi yang terletak di samping kiri dan
kanan tubuh arwana panjangnya antara 20-24 cm. Bentuk mulutnya
mengarah keatas dan mempunyai sepasang sungut pada bibir bawah. Ukuran mulutnya
lebar dan rahangnya cukup kokoh. Giginya berjumlah 15-17. Bagian insangnya di lengkapi dengan penutup
insang. Letak sirip punggungnya berdekatan dengan pangkal sirip ekor (caudal).
Sirip anusnya lebih panjang dari pada sirip punggung (dorsal), hampir
mencapai sirip perut (ventral). Panjang arwana dewasa sangat variatif,
antara 30-80 cm.
4. Ikan Macan (Pseudoplatystoma fasciatum)
Kalsifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo :
Siluriformes
Family : Pimelodidae
Genus : Pseudoplatystoma
Spesies : Pseudoplatystoma fasciatum
Deskripsi:
Ikan macan merupakan salah satu jenis ikan yang berukuran
sedang, ukuran panjang tubuhnya dapat mencapai 90 cm. Tubuhnya berbentuk bulat
memanjang, kepalanya besar dan panjang berbentuk seperti paruh bebek, mempunyai
misai 3 pasang berukuran panjang yang melebihi separo panjang tubuhnya. Ikan
ini mempunyai mata berbentuk bulat dan berukuran besar, sirip-siripnya tampak
kokoh dengan duri keras, sirip punggung menyerupai layar perahu, sirip ekor
bercagak yang di bagian atas juga tampak seperti layar. Warna tubuhnya coklat
kehijauan dengan pola-pola garis dan totol-totol hitam pada tubuh di bagian
latero-dorsal dan seluruh sisik-sisiknya.
Ikan macam termasuk jenis ikan yang berperilaku nocturnal,
mencari pakan pada suasana gelap atau pada malam hari. Misainya digunakan untuk
membantu memperoleh mangsa dan mendeteksi arah datangnya bahaya secara
cepat dan akurat. Pada waktu siang hari ikan ini biasanya tampak melayang di
tengah air yang berdekatan dengan benda-benda di dalamnya, sehingga ikan ini
tampak seperti kayu. Ikan macan berkembang biak melalui pembuahan
eksternal, telur yang dihasilkan akan menempel pada substrat seperti potongan
kayu, ranting atau media tanaman yang ada di dalam air. Telur-telurnya akan
menetas setelah beberapa hari dari waktu pembuahan. Beberapa jenis mangsanya
yaitu antara lain, insekta, udang, dan ikan kecil. Menyukai habitat yang
berbatu dengan tanaman air, dan suasana gelap. Temperatur air 23-28 0C.
Tersebar di Amerika Selatan bagian utara.
Klasfikasi
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Characiformes
Famili : Serrasalmidae
Genus : Pygopristis
Deskripsi
:
Morfologi Ikan piranha ini
akan dapat berkembang biak dengan baik pada iklim tropis Indonesia yang mirip
dengan daerah asalnya di Amazon, apalagi tanpa adanya
predator alami. Kalaupun ada yang menjualnya di toko ikan hias dengan harga
berkisar antara 20-35 ribu rupiah dengan ukuran 6-10 cm. hewan ini memiliki warna tubuh
perak kemerahan, terutama didaerah perut, sisi tubuh dan daerah bagian tubuh di
batasi oleh sirip. Saat mudah hewan ini memiliki warnah perak bintik-bintik
hitam atau warna gelap lain. Panjang hewan ini maksimum mencapai 33 cm dengan
berat mencapai 3,2 kg. Dan bentuk tubuhnya pipih dan bewarna mencolok, serta
memiliki kepalah tumpul dan berukuran sedang.
Piranha adalah ikan air tawar omnivora yang hidup disungai-sungai di Amerika
Selatan. Di sungai-sungai Venezuela, mereka disebut caribes.
Mereka terkenal dengan gigi tajam dan pemakan daging. Meskipun Hollywood sering
memberikan citra negatif pada piranha, mereka sebenarnya tidak seberbahaya itu.
C. AVES
1.
Burung Kaswari (Casuarius casuarius)
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Aves
Ordo : Casuariformes
FamilI : Casuariidae
Genus : Casuarius
Spesies : Casuarius casuarius
Ordo : Casuariformes
FamilI : Casuariidae
Genus : Casuarius
Spesies : Casuarius casuarius
Deskripsi :
Burung
kasuari (emu). Tidak dapat terbang, tidak berlunas, sayap kecil, memiliki sayap
yang sangat direduksi. Tinggi 1,7 m. kepala dan leher tidak berbulu, tidak
memiliki ekor dan bulu ekor, dan kaki memiliki 3 jari. Kasuari diperlengkapi
tanduk di atas kepalanya, yang membantu burung ini sewaktu berjalan di
habitatnya di hutan yang lebat. Selain tanduk dikepalanya, kasuari mempunyai kaki yang sangat kuat dan berkuku tajam. Burung kasuari
betina biasanya berukuran lebih besar dan berwarna lebih terang dari pada
jantan. Banyak terdapat di Australia dan Irian.
2. Burung Pelikan
(Pelecanus conspicillum)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Fillum : Chordata
Class : Aves
Ordo : Pelecaniformes
Family : Pelecanidae
Genus : Pelecanus
Spesies : Pelecanus conspicillum :
Deskripsi:
Paruh berwarna merah jambu, besar dan lurus, dilengkapi
dengan kait pada ujungnya yang berwarna kuning dan kantong besar. Paruh bagian
bawah berfungsi untuk menyimpan makanan. Kaki berselaput penuh. Jari-jari
berselaput renang penuh pada selaput jarinya. Bentuk ekor rounded. Burung
air yang sangat besar +(150 cm), mempunyai berat badan berkisar antara
4,5-11 kg, dengan rentangan sayap 2,75 m.
Burung ini biasanya putih atau sebagian besar putih. Sayap
dan ekor sebagian berwarna hitam. Pada bagaian dada putih,punggung hitam,
tungging hitam, tunggir putih. Selama musim mengeram warna kulit yang sulah,
paruh, kantung, tenggorok, dan kaki menjadi lebih jelas. Ciri lainnya iris cokelat
pucat, kulit muka tidak berbulu dan paruh berwarna merah jambu, kaki cokelat.
Mempunyai kelenjar minyak. Perbedaan morfologi antara jantan dan betina tidak
jelas, sehingga agak sukar membedakan pelikan jantan dengan pelikan betina. Seekor
pelikan mampu bertelur sebanyak 4 butir, telur berwarna putih dan berukuran
besar. Telur-telur itu akan menetas setelah dierami selam 30 hari. Pengeraman
dan pemeliharaan dilakukan oleh induk jantan dan betina secara baik, yaitu
secara bergantian. Pelikan suka hidup berkelompok dan berenang di danau,
rawa-rawa, sungai, muara, teluk, dan lautan. Umumnya tidak bersuara, tetapi
dapat mengeluarkan erangan dari tenggorokan.
Di alam burung pelikan memakan ikan dan cara menangkapnya
dengan cara menyendokan paruhnya kedalam air yang terdapat ikan. Seekor pelikan
dalam satu hari mampu memakan ikan seberat 6 kg. Burung pelikan merupakan
burung yang hidup sosial, berkelompok dalam jumlah 50 sampai 40.000 berpindah
dari tempat yang satu ke tempat yang lain di daratan. Burung ini suka berenang
di air, pakan utamanya adalah ikan, sambil berenang pelikan menangkap ikan
dengan mudah, karena paruhnya yang bekerja serupa jala penangkap ikan. Paruhnya
yang menyerupai kantung tidak seperti jala yang berlobang tapi sangat lentur
dan mudah melar. Pada saat makan, paruh bagian bawah akan memelar. Berbiak di
India barat daya, Sri Langka, Burma, dan Cina tenggara. Juga diperkirakan di
Asia tenggara dan Filipina. Bermigrasi ke selatan. Rentan (Collar dkk 1994.)
Pada musim dingin ke Sumatera utara. Tercatat di Sumatera selatan, kemungkinan
berbiak disana. Pada abad yang lalu, Spenser St John pernah menemukan burung
(yang kemungkinan besar adalah jenis ini) di P. Blambangan, lepas pantai Sabah.
Hanya sedikit catatan dari Jawa.
Perilaku pelikan yang diamati diragunan dimulai dari pukul
08.28 sampai pukul 09.01. Kami mengamati pada pukul 08.28 burung bergerak di
air, meminum air, mencari makan, kemudian karena sepertinya tidak mendapatkan
makanan burung pelikan ingin menelan botol minuman namun tidak bisa. Burung
pelikan melakukan hal itu berkali-kali hingga dia merasa botol itu bukanlah
makanannya. Pukul 08.35 pelikan naik kedarat dan membersihkan bulunya. Pukul
08.40 pelikan mengibaskan sayap kemudian membersihkan bulu kembali, kemudian
kembali ke air untuk mencari makan. Pada saat makan, parh pelikan membesar,
terutama paruh bagian bawah. Pukul 08.48 pelikan naik kedarat untuk berjemur
dan menelisik bulu. Pukul 08.50 pelikan mengeluarkan kotoran dari duburnya.
Kemudian pada pukul 09.00 pelikan menelisik bulu dan mengibaskan sayapnya
sambil berlari.
3. Angsa
Hitam (Cygnus atratus)
Klasifikasi
Ordo : Anseriformes
Famili : Anatidae
Genus : Cygnus
Spesies : Cygnus atratus
Deskripsi:
Angsa
hitam memiliki paruh lebar dan memiliki ujung yang membulat, berwarna merah
dengan garis putih diujungnya. Paruh ini digunakan untuk menyaring tanaman,
biji dan hewan-hewan kecil dari lumpur dan air. Kaki berwarna abu-abu dan
berselaput. Jari-jari depan saja yang bersambung dengan selaput renang. Bentuk
ekor pointed. Burung dewasa berukuran besar, dengan panjang mencapai +130cm.
Seluruh bulu-bulunya berwarna hitam dengan perkecualian bulu sayap yang
terdapat warna putih dan mempunyai pelumas bulu. Iris mata berwarna hitam.
Angsa Hitam mempunyai leher yang sangat panjang dan membentuk huruf” S “.
Burung betina serupa dan berukuran lebih kecil dari burung jantan. Anak angsa
mempunyai bulu berwarna abu-abu. Kakinya berbentuk sebagai kaki perenang,
dengan paruh berwarna merah. Mempunyai lamella yang merupakan tambahan zat
tanduk yang berguna untuk menyaring lumpur pada kedua sisi paruhnya. Hampir
semua Angsa Hitam adalah monogami spesies. Kedua induk bersama-sama membesarkan
anak angsa dan bersarang di tengah-tengah danau yang dangkal. Rawa, payau,
mangrove, tambak, kolam, sungai. Dapat sampai jauh ke pedalaman. Angsa Hitam
tidak bermigrasi dan menetap di tempat dimana mereka menetas. Andaman, Sunda
besar, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Perilaku
angsa hitam yang diamati di ragunan dimulai dari pukul 09.09 sampai pukul
09.20. Pada pukul 09.09 angsa bersuara di darat. Pukul 09.10 angsa makan di
darat. Pukul 09.13 menggoyangkan ekor. Pukul 09.15 angsa kembali ke air dan
berenang. Pukul -9.18 Angsa makan di air dan menyelamkan kepala. Pukul 09.22
angsa makan di darat dan minum di air. Makanan yang dimakan berasal dari
pengelola kebun binatang ragunan yaitu: toge, sawi, kangkung, pur dan jagung.
Pada pukul 09.24 angsa menelisik bulu di air. Pada pukul 09.28 angsa berenang
sambil menggoyangkan ekornya.
4. Burung Bangau sarus (Grus antigone)
Kalsifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo :
Gruiformes
Family : Gruidae
Genus : Grus
Spesies : Grus antigone
Deskripsi:
Burung ini merupakan burung terbang berbadan tertinggi di
dunia. Pada abad ke-19 bukan pemandangan yang langka untuk melihat ratusan
ribu bangau saurs terbang beriringan di langit India bagian Utara. Namun saat
ini jumlahnya terus menurun dan hanya tersisa sekitar 10.000 yang tersisa di
India. Habitat bangau sarus adalah daerah dengan tanah basah, dan sawah.
Mereka adalah binatang omnivora. Burung jenis ini lebih sering terlihat
berkeliaran mencari makanan di perairan dangkal secara berpasangan.
Populasi bangau sarus di seluruh dunia diperkirakan hanya ada
sekitar 20.000 ekor, dimana kurang dari 10.000 ekor yang merupakan bangau sarus
dewasa. Hilangnya habitat sang bangau menjadi alasan utama penurunan populasi
mereka. Banyak sekali lahan basah yang sudah berubah menjadi sawah. Padahal
dulunya, bangau sarus sempat dianggap sebagai burung suci di beberapa daerah,
atau paling tidak dianggap sebagai pertanda baik dan kesuburan. Namun karena populasi
manusia yang terus meningkat dan kebutuhan akan lahan pertanian yang lebih
luas, habitat burung yang sempat dianggap suci tersebut pun dirampas. Saat ini
populasi bangau sarus dikategorikan dalam status "Rentan (VU)" dalam
Red List IUCN.
5. Elang Jawa (Nisaetus bartelsi)
Kalsifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo :
Falconiformes
Family : Accipitridae
Genus : Nisaetus
Spesies : Nisaetus
bartelsi
Deskripsi:
Elang yang bertubuh sedang sampai besar, langsing, dengan
panjang tubuh antara 60-70cm(dari ujung paruh hingga ujung ekor). Kepala berwarna coklat
kemerahan (kadru), dengan jambul yang tinggi menonjol (2-4 bulu, panjang hingga
12 cm) dan tengkuk yang coklat kekuningan (kadang nampak keemasan bila terkena
sinar matahari). Jambul hitam dengan ujung putih, mahkota dan kumis berwarna
hitam, sedangkan punggung dan sayap coklat gelap. Kerongkongankeputihan dengan
garis (sebetulnya garis-garis) hitam membujur di tengahnya. Ke bawah,ke arah
dada, coret-coret hitam menyebar di atas warna kuning kecoklatan pucat, yang pada
akhirnya di sebelah bawah lagi berubah menjadi pola garis (coret-coret) rapat melintang
merah sawo matang sampai kecoklatan di atas warna pucat keputihan
bulu-buluperut dan kaki. Bulu pada kaki menutup tungkai hingga dekat ke pangkal
jari. Ekor kecoklatan dengan empat garis gelap dan lebar melintang yang
nampak jelas di sisibawah, ujung ekor bergaris putih tipis. Betina berwarna
serupa, sedikit lebih besar. Iris mata kuning atau kecoklatan, paruh kehitaman,
sera (daging di pangkal paruh) kekuningan; kaki (jari) kekuningan. Burung muda
dengan kepala, leher dan sisi bawah tubuh berwarna coklatkayu manis
terang, tanpa coretan atau garis-garis. Kecoklatan, paruh kehitaman, sera
(daging di pangkal paruh) kekuningan, kaki (jari) kekuningan. Burung muda
dengan kepala, leher dan sisi bawah tubuh berwarna coklat kayu manis
terang, tanpa coretan atau garis-garis.
D. REPTIL
1. Buaya (Crocodylusno
vaeguineae)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Sauropsida
Ordo : Crocodilia
Famili : Crocodylidae
Genus : Crocodylus
Spesies : Crocodylusno vaeguineae
Filum : Chordata
Kelas : Sauropsida
Ordo : Crocodilia
Famili : Crocodylidae
Genus : Crocodylus
Spesies : Crocodylusno vaeguineae
Deskripsi :
Panjang tubuhnya sampai sekitar 3,35 m pada yang jantan,
sedangkan yang betina hingga sekitar 2,65 m. Buaya ini memiliki sisik-sisik
yang relatif lebih besar daripada buaya lainnya apabila disandingkan. Di
bagian belakang kepala terdapat 4–7 sisik lebar (post-occipital scutes)
yang tersusun berderet melintang, terpisah agak jauh di kanan-kiri garis tengah
tengkuk. Sisik-sisik besar di punggungnya (dorsal scutes) tersusun dalam
8–11 lajur dan 11–18 deret dari depan ke belakang tubuh. Sisik-sisik perutnya
dalam 23–28 deret (rata-rata 25 deret) dari depan ke belakang.
Reptil yang
umumnya nokturnal
ini menghuni di perairan air tawar, di sungai-sungai, rawa dan danau. Meskipun diketahui
toleran terhadap air asin, buaya ini jarang-jarang dijumpai di perairan
payau, dan tak pernah ditemui di tempat di mana terdapat buaya
muara. Anak buaya yang baru menetas berukuran antara 26-32 cm
panjangnya. Buaya betina menunggui sarang dan anak-anaknya hingga dapat mencari
makanannya sendiri.
2.
Biawak (Veranus sp.)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Varanidae
Genus : Varanus
Spesies : Varanus sp.
Deskripsi:
Hewan ini memiliki kulit dengan sisik yang
tebal dan berwarna hitam pada bagian dorsal dilengkapi dengan corak bulatan
atau garis kuning. Sementara kulit bagian ventral juga dilengkapi sisik yang
tebal dengan warna kuning.
Kulit biawak berfungsi untuk penyerapan cahaya matahari
di siang hari dimana radiasi matahari diserap pada kulit
daerah dorsal. Sekitar 85% digunakan sebagai energi dan 15% sisanya dia pantulkan
kembali pada kulit daerah os sacrum sebagai emisi
untuk mempertahankan suhu di kulitnya. Ini merupakan kontrol fisiologis dari biawak air untuk mengatur suhu tubuhnya.
Biawak
mempunyai mata dan kelopak mata serta bentuk kepala lonjong
dilengkapi dengan rahang yang kuat serta lidah yang panjang dan
bercabang dua. Hewan ini memiliki kaki yang kokoh serta kuku yang tajam yang
biasanya digunakan hewan ini untuk memanjat pohon , menggali sarang di bawah
tanah dan untuk mempertahankan diri. Biawak juga dilengkapi dengan ekor yang
panjang dan sangat kuat dan kokoh dimana biasanya digunakan untuk memecut dalam
rangka mempertahankan diri dari serangan juga untuk mendukung pergerakan ketika
berenang dalam air.
3.
Ular Derik (Crotalus cerastes)
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Family : Viperidae
Genus : Crotalus
Spesies :
Crotalus cerastes
Deskripsi:
Ciri umum ular
derik yaitu ia mempunyai gemericik diujung ekornya. Gunanya ialah untuk
menakut-nakuti musuh. Selain itu pula, terdapat gigi yang kuat antar kedua
rahangnya.
Ular derik bertelur dan beranak (ovovivipar),
Ular derik muda tidak bergantung dan sudah mandiri sejak lahir. Ular derik yang
baru lahir deriknya belum dapat berfungsi, setelah ganti kulit yang pertama baru
deriknya dapat berfungsi.
4.
Ular Weling ( Bungarus
candidus)
Klasifikasi:
Deskripsi:
Ular
weling memiliki bentuk kepala oval, dengan panjang tubuh dewasa sekitar 80-160
cm, warna kulitnya loreng hitam putih cerah dengan ukuran yang tidak seragam
melingkar membentuk cincin, badan berpenampang bulat, bagian bawah putih polos,
kelihatan mencolok di malam hari.
Ular
weling memakan berupa mamalia kecil misalnya kadal, katak, tikus. Hewan ini
termasuk hewan Nocturnal (aktif pada malam hari), tidak agresif di siang
hari, cenderung menghindar jika diganggu atau menyembunyikan kepalanya di bawah
badannya dengan melingkar, sensitif dengan cahaya dan akan berusaha mendekti.
5. Komodo (Varanus komodoensis)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Varanidaedae
Genus : Varanus
Spesies : Varanus komodoensis
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Varanidaedae
Genus : Varanus
Spesies : Varanus komodoensis
Deskripsi :
Komodo adalah spesies kadal terbesar di dunia
yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang,
dan Gili Dasami
di Nusa Tenggara.
Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat
ora. Di alam bebas, komodo dewasa biasanya memiliki berat sekitar 70 kilogram,
namun komodo yang dipelihara di penangkaran sering memiliki bobot tubuh yang lebih
besar. Spesimen liar terbesar yang pernah ada memiliki panjang sebesar 3.13
meter dan berat sekitar 166 kilogram, termasuk berat makanan yang belum dicerna
di dalam perutnya. Meski komodo tercatat sebagai kadal terbesar yang masih
hidup, namun bukan yang terpanjang. Reputasi ini dipegang oleh biawak Papua
(Varanus salvadorii). Komodo
memiliki ekor yang sama panjang dengan tubuhnya, dan sekitar 60 buah gigi yang
bergerigi tajam sepanjang sekitar 2.5 cm, yang
kerap diganti. Air liur komodo sering kali bercampur sedikit darah karena
giginya hampir seluruhnya dilapisi jaringan gingiva
dan jaringan ini tercabik selama makan. Kondisi ini menciptakan lingkungan
pertumbuhan yang ideal untuk bakteri mematikan yang hidup di mulut mereka.
Komodo memiliki
lidah yang panjang, berwarna kuning dan bercabang. Komodo jantan lebih besar
daripada komodo betina, dengan warna kulit dari abu-abu gelap sampai merah batu
bata, sementara komodo betina lebih berwarna hijau buah zaitun, dan memiliki
potongan kecil kuning pada tenggorokannya. Komodo muda lebih berwarna, dengan
warna kuning, hijau dan putih pada latar belakang hitam. Komodo tak memiliki
indera pendengaran, meski memiliki lubang telinga. Biawak ini mampu melihat
hingga sejauh 300 m, namun karena retinanya
hanya memiliki sel kerucut, hewan ini agaknya tak begitu baik
melihat di kegelapan malam. Komodo mampu membedakan warna namun tidak seberapa
mampu membedakan obyek yang tak bergerak. Komodo menggunakan lidahnya untuk
mendeteksi rasa dan mencium stimuli, seperti reptil lainnya, dengan indera vomeronasal
memanfaatkan organ Jacobson, suatu kemampuan yang dapat
membantu navigasi pada saat gelap. Dengan bantuan angin dan kebiasaannya
menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo dapat
mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh 4-9.5 kilometer. Lubang hidung
komodo bukan merupakan alat penciuman yang baik karena mereka tidak memiliki sekat rongga badan.
Hewan ini tidak memiliki indra perasa di lidahnya, hanya ada sedikit
ujung-ujung saraf perasa di bagian belakang tenggorokan.
Sisik-sisik
komodo, beberapa di antaranya diperkuat dengan tulang, memiliki sensor yang
terhubung dengan saraf yang memfasilitasi rangsang sentuhan. Sisik-sisik di
sekitar telinga, bibir, dagu dan tapak kaki memiliki tiga sensor rangsangan
atau lebih. Komodo adalah hewan karnivora. Walaupun mereka kebanyakan makan
daging bangkai.
Musim kawin
terjadi antara bulan Mei dan Agustus,
dan telur komodo diletakkan pada bulan September. Selama periode ini, komodo
jantan bertempur untuk mempertahankan betina dan teritorinya dengan cara
"bergulat" dengan jantan lainnya sambil berdiri di atas kaki
belakangnya. Komodo yang kalah akan terjatuh dan "terkunci" ke tanah.
Kedua komodo jantan itu dapat muntah atau buang air besar ketika bersiap untuk
bertempur. Pemenang pertarungan akan menjentikkan lidah panjangnya pada tubuh
si betina untuk melihat penerimaan sang betina. Komodo betina bersifat antagonis
dan melawan dengan gigi dan cakar mereka selama awal fase berpasangan.
Selanjutnya, jantan harus sepenuhnya mengendalikan betina selama bersetubuh
agar tidak terluka. Perilaku lain yang diperlihatkan selama proses ini adalah
jantan menggosokkan dagu mereka pada si betina, garukan keras di atas punggung
dan menjilat. Kopulasi terjadi ketika jantan memasukan salah satu hemipenisnya ke kloaka
betina. Komodo dapat bersifat monogamus dan membentuk "pasangan,"
suatu sifat yang langka untuk kadal.
E. AMPHIBI
1.
Salamander (Plethodon
cinereus)
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Amphibia
Ordo : Plethodontiales
Famili : Plethodontidae
Genus : Plethodon
Spesies : Plethodon cinereus
Ordo : Plethodontiales
Famili : Plethodontidae
Genus : Plethodon
Spesies : Plethodon cinereus
Deskripsi :
Ciri-cirinya, Hewan karnivora (pemakan
daging), Makanannya berupa invertebrata kecil (serangga, sifut, cacing, keong
kecil) dan Fertilisasi secara internal. Salamander jantan menghasilkan sel sperma
yang mengandung spermatofor. Setelah proses kopulasi (kawin) spermatofor
ditampung di dalam kloaka salamander betina, merupakan muara dari saluran
urine, genital, dan pemcernaan. Didalam kloaka sel telur dibuahi oleh sel
sperma. Salamander punggung merah (Plethodon cinereus) adalah salamander
hutan kecil. Hewan ini mendiami lereng berhutan di Amerika Utara sisi timur;
yaitu ke barat hingga Missouri; selatan hingga Carolina Utara, dan utara dari
Quebec bagian selatan dan Provinsi Maritimes di Kanada hingga Minnesota. Hewan ini
juga dikenal sebagai Salamander punggung merah utara untuk membedakannya dari
Salamander punggung merah selatan (P. serratus). Salamander punggung
merah ditemukan banyak ditemukan dalam dua variasi warna: nominasi variasi
merah, punggung merah, begitu juga bentuk yang lebih gelap yang dikenal sebagai
punggung (hitam) lebam yang tidak terdapat pada sebagian besar atau seluruh
pigmentasi merah yang ditemukan pada bentuk merah. Walau demikian, kadang juga
ditemukan variasi dengan berbagai warna lainnya (seperti belang kuning, jingga,
atau putih).
2.
Sesilia (Caecillian sp)
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Amphibia
Ordo : Gymnophiona
FamilI : Caeciliidae
Genus : Caecillian
Spesies : Caecillian sp
Ordo : Gymnophiona
FamilI : Caeciliidae
Genus : Caecillian
Spesies : Caecillian sp
Deskripsi :
Ciri-ciri Tidak berkaki , Sering kali
buta, Ukuran sama dengan cacing pada umumnya panjang 10 cm sampai 1 m, Habitat
di dalam tanah yang subur, dan Makanan berupa cacing dan invertebrate tanah
lainnya. Sesilia adalah amfibi
tanpa tungkai serupa cacing dengan gigi tajam dan kerangka bertulang. Ada yang
hidup di bawah tanah dan menggunakan moncong yng runcing serta tengkorak yang
keras untuk membuat liang di tanah. Ada pula yang hidup di air. Sesilia
memiliki sirip pada ekor untuk berrenang. Sekitar 170 spesies sesilia ditemukan
di wilayah tropis Afrika, Asia dan Amerika Selatan. Penglihatan Sesilia buruk
karena matanya tertutupi oleh lapisan pelindung. Sebagai pengimbangnya, amfibi
ini memiliki organ pengindra di bawah setiap rongga mata. Tentakel ini
mengumpulkan partikel bau di udara yang digunakan sesilia untuk menenttukan
letk pasangan dan mangsa, misalnya cacing tanah.
3.
Katak Merah (Leptophryne
cruentata)
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Bufonidae
Genus : Leptophryne
Spesies : Leptophryne cruentata
Ordo : Anura
Famili : Bufonidae
Genus : Leptophryne
Spesies : Leptophryne cruentata
Deskripsi :
Ciri-ciri katak, Jenis amfibi tidak
berekor, Kepala bergantung pada anggota badan belakang yang terspesialisasi untuk
melompat, Memiliki kulit yang halus, Habitat didekat perairan air tawar.
Ciri-ciri kodok, Jenis amfibi tak
berekor, Kepala terhubung dengan anggota badan sehingga dapat terspesialisasi
untuk melompat, Bertubuh gemuk, Kulit kasar berintil, dan Habitat ditempat
lumpur. Struktur dan fungsi
Alat tubuh Amfibi.
a) Tidak digunakan untuk
menangkap mangsa.
b) Kelopak mata digunakan
untuk menjaga kelembaban mata.
c) Telinga digunakan untuk
menangkap gelombang suara.
d)
Alat pernapasan utama amfibi dewasa
biasanya berupa paru-paru yang dibantu oleh pori-pori kulit.
e)
Sistem peredaran darahnya adalah system
peredaran darah ganda.
f) Kulit amfibi tidak
bersisik dan halus, kelembaban kulit selalu terpelihara karena adanya kelenjar
mokusa.
g)
Kulit berperan, Dalam menjaga
keseimbangan air dan respirasi, Membantu mengatur suhu tubuh ketika berada
didarat, dan Melindungi diri dari hewan predator.
Kodok Merah (Leptophryne cruentata).
Merupakan jenis kodok endemik di Jawa Barat yang statusnya terancam punah
(Critically Endangered). Kodok Merah adalah Jenis Kodok Indonesia yang paling
terancam mengalami kepunahan.
4.
Katak Batu (Limnonectes
macrodon)
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Limnonectes
Spesies : Limnonectes macrodon
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Limnonectes
Spesies : Limnonectes macrodon
Deskripsi :
Merupakan jenis katak sungai yang umum
ditemukan di sungai-sungai di Jawa. Katak ini juga dapat ditemukan di Sumatera Selatan dan
Lampung. Hingga hari ini status katak ini adalah rawan (Vulnerable). Hal ini
dikarenakan banyak dari masyarakat kita yang mengkonsumsi katak ini. Perlu
pembaca Gomumu ketahui bahwa Katak Batu adalah jenis katak terbesar ke-2 di
dunia. Kodok yang sering dijumpai di tepi
saluran air dan aliran sungai yang jernih. Jarang jauh dari aliran air. Kodok
batu biasanya kawin pada saat bulan mati, yang betina meletakkan telurnya dalam
sebuah gumpalan lengket di kolam atau genangan dekat sungai. Jumlah telurnya
dapat mencapai 1000 butir. Pada
masa lalu kodok ini dianggap menyebar luas mulai dari India hingga ke Asia
Tenggara dan Kepulauan Nusantara. Namun kini banyak populasinya yang telah
dideskripsi dengan lebih baik dan digolongkan ke dalam spesies yang lain.
Penyebaran L. macrodon sekarang kemungkinan hanya meliputi Jawa dan
Sumatra bagian selatan. Kodok
yang bertubuh besar, gempal, dengan kaki yang kuat dan paha yang berotot besar.
Kodok dewasa panjangnya sekitar 70 mm, namun yang terbesar bisa sampai dengan
150 mm SVL (snout to vent length, dari moncong ke anus). Punggung berwarna coklat terang hingga
kemerahan atau kehitaman, dengan bercak-bercak gelap kehitaman. Coret atau
bercak kehitaman terdapat di antara kedua mata, di pipi di depan mata, di atas
timpanum, di lengan, paha dan betis. Bibir berbelang-belang hitam dan
putih.Kulit punggung halus, dengan beberapa bintil atau tonjolan membujur.
Terdapat lipatan supratimpanik. Pada hewan muda, kadang-kadang ada lekukan
bentuk V terbalik di tengah pundak.Sisi ventral berwarna krem pucat keputihan,
dengan bintik-bintik hitam di dagu. Sisi bawah selaput renang berwarna hitam.
5.
Katak Mulut sempit (Gastrophryne
carolinensis)
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Microhylidae
Genus : Gastrophryne
Spesies : Gastrophryne carolinensis
Ordo : Anura
Famili : Microhylidae
Genus : Gastrophryne
Spesies : Gastrophryne carolinensis
Deskripsi :
Adalah jenis-jenis katak yang sangat
kecil ukurannya. Merupakan famili jenis katak terkecil didunia. Beberapa jenis
memiliki ukuran hanya beberapa milimeter saja. di Indonesia ditemukan
sedikitnya 30-an jenis katak bermulut sempit. Microhylidae merupakan jenis
katak kecil. Banyak spesies yang memiliki ukuran lebih kecil dari 1,5
sentimeter, meski ada juga spesies yang lebih besar dari 9 sentimeter. Mereka
bisa tinggal di atas pohon, di tanah, bahkan beberapa ada yang tinggal di dekat
air. Spesies yang tinggal di tanah sering ditemukan di bawah tumpukan daun
kering di dalam hutan, dan keluar untuk berburu di malam hari. Dilihat dari
bentuk tubuh, ada dua tipe microhylids, yakni jenis dengan tubuh lebar dan
mulut sempit, dan jenis lain dengan bentuk tubuh seperti katak pada umumnya.
Microhylidae dengan mulut sempit biasanya akan memakan rayap dan semut,
sedangkan jenis yang lainnya akan memakan seperti layaknya jenis katak yang
lain. Spesies dari genus Breviceps tinggal di dalam tanah dan ditemukan di
daerah kering Afrika. Bahkan beberapa spesies meletakkan telurnya di bawah
tanah.
F. PRIMATA
1. Kukang (Nycticebus coucang)
Klasifikasi
Deskripsi :
Kukang adalah jenis primata yang bergerak
lambat. Warna rambutnya beragam, dari kelabu keputihan, kecoklatan, hingga
kehitam-hitaman. Pada punggung terdapat garis coklat melintang dari belakang
hingga dahi, lalu bercabang ke dasar telinga dan mata. Berat tubuh 0,375-0,9
kg, panjang tubuh dewasa 19-30 cm.
Di Indonesia, satwa
ini dapat ditemukan di Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Kukang
(Nycticebus coucang) adalah jenis primata yang lucu dan menggemaskan
sehingga tidak heran banyak masyarakat umum yang menjadikan primata ini menjadi
incaran untuk dijadikan hewan peliharaan. Keluarga kukang atau sering disebut-sebut
malu-malu, terdiri dari 8 marga (genus) dan terbagi lagi dalam 14 jenis.
Penyebarannya cukup luas, mulai dari Afrika sebelah selatan Gurun Sahara, India, Srilanka, Asia Selatan, Asia Timur dan Asia Tenggara. Dari 8
Marga yang ada, di Indonesia hanya ditemui 1 marga, yaitu Nycticebus.
Marga Nycticebus terdiri atas 5 jenis,
yaitu:
- Nycticebus
coucang yang
tersebar di Semenanjung Malaya, Sumatera
dan kepulauan sekitarnya.
- Nycticebus
pygmaeus tersebar
di Indocina,
Laos
dan Kamboja.
- Nycticebus
bengalensis, tersebar
di India
hingga Thailand.
- Nycticebus
javanicus, hanya
tersebar di Jawa.
- Nycticebus
menagensis, hanya
tersebar di Kalimantan serta kepulauan sekitarnya.
Kukang
merupakan primata yang hidup di hutan tropis Indonesia, menyukai hutan primer
dan sekunder, semak belukar dan rumpun-rumpun bambu. Kukang tersebar di Asia Tenggara. Di
Indonesia
kukang ditemukan di Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Akan tetapi sampai saat ini
belum ada data yang pasti dan akurat tentang jumlah populasi kukang di alam.
Akan tetapi jika dilihat dari berkurangnya habitat kukang serta maraknya
perburuan dan perdagangan illegal bisa dijadikan indikator bahwa keberadaan
kukang di alam mengalami penurunan.
2. Owa Jawa (Hilobates moloch)
Klasifikasi
Deskripsi :
Owa jawa adalah hewan diurnal
dan arboreal,
sepenuhnya hidup di atas tajuk pepohonan. Terutama memakan buah-buahan, daun dan bunga-bungaan, kelompok
kecil owa jawa menjelajahi kanopi hutan dengan cara
memanjat dan berayun dari satu pohon ke lain pohon dengan mengandalkan
kelincahan dan kekuatan lengannya. Berat tubuhnya rata-rata mencapai 8 kg. Kelompok ini akan berupaya
mempertahankan teritorinya, biasanya luasnya mencapai 17 hektare, dari
kehadiran kelompok lain. Pagi-pagi sekali, dan juga di waktu-waktu tertentu di
siang dan sore hari, owa betina akan memperdengarkan suaranya untuk mengumumkan
wilayah teritorial keluarganya. Dari suara yang bersahut-sahutan antar
kelompok, dan terdengar hingga jarak yang jauh ini, para peneliti dapat
memperkirakan jumlah kelompok owa yang ada, dan selanjutnya menduga jumlah
individunya. Spesies ini
hanya didapati di bagian barat Pulau Jawa, yakni di hutan-hutan dataran rendah dan hutan
pegunungan bawah. Penyebaran paling timur adalah di wilayah Gunung Slamet
serta di jajaran Pegunungan Dieng sebelah barat di wilayah Pekalongan.
3. Gorila (Gorilla gorilla)
Klasifikasi
Deskripsi :
Gorila adalah jenis primata
yang terbesar. Makanan gorila terdiri dari sayur-sayuran, walaupun kadang juga
makan serangga.
Karena itu gorila dapat digolongkan sebagai binatang omnivora.
Gorila berasal dari hutan tropis
di Afrika.
97-98% DNA
gorila identik dengan DNA manusia. Gorila adalah
spesies
kedua setelah simpanse
yang terdekat dengan manusia. Ada dua spesies dalam genus gorila, yaitu gorila timur (eastern
gorila) dan gorilla barat (western
gorila).
Dibandingkan bentuk tubuh manusia,
gorilla mempunyai tangan dan kaki yang panjang, dimana tangannya lebih panjang
dari kaki. Dada gorila besar dan sebagian besar tubuhnya berbulu, kecuali
jari-jemari, wajah, ketiak, telapak kaki dan telapak tangan. Kepala gorila
besar, matanya kecil dan berwarna kecoklatan. Gorila tidak mempunyai ekor. Setiap
ekor gorila mempunyai hidung yang unik, seperti manusia yang mempunyai sidik
jari yang unik. Gigi gorila dewasa berjumlah 32. Panca indra gorila hampir
serupa dengan manusia. Tubuh gorila jantan hampir dua kali besarnya
dibandingkan gorila betina. Gorila kebanyakan makan tumbuh-tumbuhan. Setiap
hari gorila butuh sekitar 25 kilogram makanan yang teriri dari daun-daunan,
bunga-bungan, biji-bijian, batang dan tangkai pohon, dan kuncup bunga.
Kadang-kadang, gorila juga makan semut
dan sejenis rayap.
Karean mendapat cairan cukup dari makanannya, gorila sangat jarang minum.
Gorila adalah binatang yang mempunyai tingkat kepandaian tinggi. Beberapa
penyelidikan menunjukkan bahwa gorila bisa berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa sandi. Contohnya adalah gorila Koko dan Michael.
Gorila adalah binatang yang pemalu dan sosial. Gorila bisa hidup sampai 50
tahun di kebun binatang. Di alam liar, gorila biasanya
mencapai usai 35 tahun. Gorila bisa melakukan reproduksi saat berusia 10-12
tahun. Gorila betina mengandung sekitar 8 sampai 9.5 bulan dan bisa melahirkan
tiga gorila selama hidupnya. Bayi gorila bisa merangkak di usia sekitar 2 bulan
dan bisa berjalan di usia 9 bulan (jauh lebih awal dari bayi manusia).
4. Bekantan (Nasalis larvatus)
Klasifikasi
Deskripsi :
Bekantan atau dalam nama ilmiahnya Nasalis larvatus
adalah sejenis monyet
berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu
dari dua spesies
dalam genus
tunggal monyet Nasalis. Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari
monyet lainnya adalah hidung
panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan. Fungsi dari hidung
besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh
seleksi alam.
Monyet betina
lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya
inilah, bekantan dikenal juga sebagai monyet Belanda. Dalam bahasa Brunei
(kxd) disebut bangkatan.
Bekantan
jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75cm dengan
berat mencapai 24kg. Monyet betina berukuran 60cm dengan berat 12kg. Spesies
ini juga memiliki perut yang besar, sebagai hasil dari kebiasaan mengonsumsi
makanannya. Selain buah-buahan dan biji-bijian, bekantan memakan aneka
daun-daunan, yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan
efek samping yang membuat perut bekantan jadi membuncit. Bekantan tersebar dan endemik
di hutan bakau,
rawa dan hutan pantai di pulau
Borneo (Kalimantan,
Sabah, Serawak dan Brunai).
Spesies ini
menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok
yang berjumlah antara 10 sampai 32 monyet. Sistem sosial bekantan pada dasarnya
adalah One-male group, yaitu satu kelompok terdiri dari satu jantan dewasa,
beberapa betina dewasa dan anak-anaknya. Selain itu juga terdapat kelompok
all-male, yang terdiri dari beberapa bekantan jantan. Jantan yang menginjak
remaja akan keluar dari kelompok one-male dan bergabung dengan kelompok
all-male. Hal itu dimungkinkan sebagai strategi bekantan untuk menghindari
terjadinya inbreeding. Bekantan juga dapat berenang dengan baik, kadang-kadang
terlihat berenang dari satu pulau ke pulau lain. Untuk menunjang kemampuan
berenangnya, pada sela-sela jari kaki bekantan terdapat selaputnya. Selain
mahir berenang bekantan juga bisa menyelam dalam beberapa detik, sehingga pada
hidungnya juga dilengkapi semacam katup.
Bekantan
merupakan maskot
fauna provinsi Kalimantan Selatan. Berdasarkan dari hilangnya
habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut, serta sangat
terbatasnya daerah dan populasi habitatnya, bekantan dievaluasikan sebagai
Terancam Punah di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I.
5. Simpanse (Pan troglodytes)
Klasifikasi
Deskripsi :
Kebanyakan simpanse jantan memiliki tinggi 1.7 m saat
berdiri, dan memiliki berat 70 kg, yang betina lebih kecil. Panjang tangan
simpanse umumnya, bila dilebarkan, memiliki rentang satu setengah kali tinggi
badan dan tangan simpanse lebih panjang dari kakinya. Bonobo sedikit pendek dan
kurus daripada kebanyakan simapanse tetapi memiliki tungkai yang lebih panjang.
Kedua spesies menggunakan tangannya yang panjang dan kuat untuk memanjat pohon.
Di tanah, simpanse biasanya berjalan menggunakan keempatnya dengan bantuan baku
tangan dan kepalan tangan, sebuah bentuk tenaga penggerak yang disebut dengan knuckle-walking.
Kaki simpanse lebih cocok untuk berjalan dibandingkan
orangutan karena telapak kaki simpanse lebih luas dan jempol yang pendek.
Simpanse biasa dan bonobo dapat berjalan tegak dengan dua kaki saat membawa
barang dengan kedua tangannya. Bonobo secara proporsional memiliki tungkai
lebih panjang dan cenderung sering berjalan tegak dibandingkan Simpanse Biasa.
Kulitnya lebih gelap; wajah, tangan, telapak tangan dan kaki tidak berbulu; dan
simpanse tidak memiliki ekor. Kedua spesies memiliki warna pada kulit luar
wajah, tangan dan kaki yang beragam dari merah jambu sampai berwarna gelap,
tetapi memiliki warna lebih terang pada saat muda, menjadi lebih gelap saat
menua. Penelitian Universitas Chicago Medical Center menemukan perbedaan
genetis yang signifikan antara populasi simpanse. Tonjolan bertulang diatas
mata memberikan tampilan mundur pada dahi, dan hidungnya datar. Walaupun dengan
mulut menonjol, bibirnya hanya mendorong kedepan saat simpanse mencibir. Otak
simpanse setengah dari ukuran otak manusia.
Testikel simpanse lebih
besar untuk ukuran badannya, dengan kombinasi berat sekitar 110 gram
dibandingkan dengan gorilla 28 gram atau manusia 43 g. Hal ini secara umum
diatribusikan pada kompetisi sperma karena
sifat poliandri
alamiah pada perilaku perkawinan
simpanse. Simpanse mencapai masa puberti pada umur antara 8
dan 10 tahun, dan jarang hidup melebihi umur 40 di alam liar, tetapi diketahui
hidup sampai 60 tahun selama penangkaran.
Perbedaan anatomi antara Simpanse biasa dan Bonobo hanya
sedikit, tapi dalam seksual dan perilaku sosial mereka memiliki perbedaan yang
menyolok. Simpanse biasa mengkonsumsi segala macam makanan, memiliki
kultur berburu secara berkelompok
sesama pejantan muda yang dipimpin oleh jantan alfa, dan hubungan
sosial yang sangat kompleks. Bonobo, disisi lain, umumnya pemakan buah dan egaliter, tidak melakukan kekerasan,
matriarki, sifat mengerti
secara seksual. Bonobo diketahui sering melakukan seks, dengan norma
biseksualitas untuk jantan dan betina, dan juga menggunakan seks untuk membantu
mencegah dan menyelesaikan konflik. Grup simpanse yang berbeda juga memiliki
kultur yang berbeda dalam pemilihan tipe alat. Simpanse condong memperlihatkan
tingkat agresi yang lebih tinggi daripada Bonobo.
Simpanse membuat alat dan menggunakannya untuk mendapatkan
makan dan dipertontonkan; mereka memiliki strategi berburu yang canggih yang
membutuhkan kerjasama, influensi dan tingkatan; mereka memiliki status,
manipulatif dan mampu menipu; mereka mampu belajar menggunakan simbol dan
memahami aspek dari bahasa manusia termasuk beberapa sintaks relasi, konsep
dari angka dan urutan numeric, dan mereka mampu membuat perencaan spontan untuk
keadaan atau kejadian di masa depan.
Simpanse berkomunikasi hampir sama dengan manusia berkomunikasi
secara non-verbal, menggunakan vokalisasi, gestur tangan, dan ekspresi wajah.
Penelitian pada otak simpanse mengungkapkan bahwa komunikasi pada simpanse
mengaktifkan sebuah area pada otak simpanse yang berada pada posisi yang sama
pada area Broca,
pusat bahasa pada otak manusia.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari
data pengamatan yang telah di dapatkan dapat disimpulkan bahwa:
1.
Dari lima kelas hewan vertebrata dapat
di lakukan pengamatan pada lima kelas yaitu aves, reptile, mamalia, amphibi,
pisces, dan primata dengan cara melihat langsung satwa yang ada di kebun
binatang ragunan dan pusat primata schmutzer serta mewawancarai petugas.
2.
Dari kelas aves di lakukan pengamatan
pada burung kaswari, burung pelican, angsa hitam, burung bangau sarus, dan dan
elang jawa. Di lakukan pengamatan pada bulu, paruh, sayap, kaki dan ekornya
dengan satwa yang ada.
3.
Pada kelas reptile di lakukan
pengamatan pada satwa yang ada yaitu buaya, biawak, ular derik, komodo, dan
ular weling. Pengamatannya dilihat dari morfologi nya.
4.
Pada kelas mamalia ditemukan
banyak satwa, dengan memperlihatkan karakteristik khusus mamalia yaitu memiliki
kelenjar susu. Kelas mammalian terdapat spesies banteng jawa, macan tutul,
harimau sumatera, beruang madu, kuda nil, anoa, binturong, rusa sambar, dan
unta.
5.
Pada kelas pisces didapatkan
banyak jenis ikan yaitu terdiri dari ordo osteichthyes. Terdapat spesies
arapaima, ikan alligator, ikan arwana asia, ikan macan, dan ikan piranha.
6.
Pada kelas amphibian ditemukan
spesies berupa salamander, sesilia, katak merah, katak batu, dan katak mulut
sempit.
5.2
Kritik dan Saran
1. Kritik
Dalam PKL ini, ketika kami sudah
terjun ke lapangan waktu yang diberikan untuk mengamati
objek terlalu cepat dan pengamatan yang kita lakukan kurang cermat, sehingga
hasil yang didapatkan kurang optimal.
2. Saran
Sebaiknya waktu untuk pengamatan
lebih diperpanjang agar pengamatan objek bisa maksimal.Untuk PKL SHV tahun
depan sebaiknya di tempat atau objek yang lainnya agar tidak monoton seperti
halnya tradisi saja dari tahun ke tahun.
DAFTAR ISI
Campbell Reece-Michell.2003.Biologi edisi ke lima jilid 2.
Jakarta.Erlangga
Cat Specialist Group (1996). Panthera tigris ssp.
sumatrae. 2006
IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 11 May 2006. Database entry includes a brief
justification of why this subspecies is critically endangered and the criteria used.
Djarubito Brotowidjoyo, Mukayat.1994.Zoologi Dasar.Yogyakarta.Erlangga
http://www.biologi.lipi.go.id/bio_bidang/zoo_indonesia/lab_herpet.php (di akses pada tgl 1 juni 2014)
Lipi (lembaga
ilmu pengetahuan Indonesia). 2014. Jakarta: Cibinong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar